Kamis, 31 Maret 2011

Kabel dan Cahaya Lampu


"SAYANG, ayo kita shalat. Tuh dengar adzan telah berbunyi," ujar seorang ibu kepada anaknya yang tengah asyik nonton televisi.
"Sebentar lagi dong, ini lagi seru-serunya," jawab sang anak.
Ibu itu kemudian mendekat, "Sayang, tidak baik menunda-nunda shalat. Ini kan haknya Allah. Ayo matikan tivinya!"
"Iya deh," jawab sang anak sambil beranjak dari tempat duduk. Ia terlihat sangat kecewa karena harus meninggalkan televisi.
Selama di kamar mandi, si anak terus menggerutu. "Ah.. Ibu, tiap hari menggangu saja. Lagi enak-enaknya nonton disuruh shalat. Lagi seneng-senengnya main disuruh shalat. Lagi nyeyak tidur disuruh shalat. Harus baca Al-Qur'an lah. Harus ikut pengajian lah. Harus ini. Harus itu! Bikin pusiiiing.

* * *
SELEPAS shalat berjamaah, anak itu bertanya dengan nada protes. "Bu, kenapa sih kita harus shalat, harus puasa, harus baca Al-Qur'an, dan harus belajar? Bukankah itu mengganggu kesenangan kita? Lagi pula, menurut saya, semua itu tidak ada gunanya, tidak mendatangkan hasil."
Si Ibu sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia pun terdiam beberapa saat. Ada sedikit kemarahan yang muncul dalam hatinya. Tapi ia segera sadar bahwa yang bertanya adalah anak kecil, yang belum tahu apa-apa selain main dan bersenang-senang.


Sang Ibu beranjak mengambil sebuah lampu yang menempel di dinding kamar anaknya. Sesaat kemudian ia berkata, "Anakku sayang, kamu lihat lampu ini. Ia begitu indah. Bentuknya lonjong dengan dindingnya terbuat dari kaca yang bening. Tiap malam engkau bisa belajar, mengerjakan PR, dan nonton televisi, salah satu sebabnya karena diterangi lampu ini."
"Sayang, tahukah kamu mengapa lampu ini bisa menyala?" lanjut si Ibu.
"Ya, karena ada energi listrik yang berubah jadi cahaya," jawab sang anak.
"Benar sekali jawabanmu. Lalu apa yang menyambungkan lampu ini dengan sumber listrik tadi?" tanya si ibu lebih lanjut.
Sang anak pun menjawab dengan pasti, "Yang menyambungkan lampu dan sumber listrik adalah kabel."
"Pintar sekali kamu," timpal si Ibu memuji.


"Nah, sekarang kamu pasti tahu, bila tidak ada kabel pasti lampu ini tidak akan nyala dan kamar ini pasti gelap. Bila demikian, ia tidak akan ada manfaatnya lagi, dan kamu tidak bisa belajar dan nonton tivi."
Sang Anak belum paham mengapa ibunya menceritakan lampu itu kepadanya. "Apa maksud Ibu?" tanyanya kemudian.
Ibu itu kembali berkata, "Anakku sayang, Allah itu sumber cahaya dalam hidup. Kita adalah lampunya. Ibadah yang kita lakukan menjadi kabel atau tali penghubungnya. Ibadah dapat menghubungkan antara Allah dengan manusia, tepatnya antara Allah dengan kita. Bila tidak mau beribadah, hidup kita akan gelap. Kita akan tersesat dan takkan berguna sedikit pun, seperti tak bergunanya lampu yang tak bercahaya."
Ibu itu melanjutkan, "Jadi, shalat, bersedekah, membaca Al-Qur'an, ataupun belajar adalah kabel yang akan menghubungkan kita dengan Allah."


Mendengar semua itu, sang anak tampak tertegun. Dalam hatinya timbul penyesalan akan sikapnya yang selalu menganggap remeh ibadah. Ia pun berkata, "Kalau begitu aku tidak akan meninggalkan shalat lagi dan akan membaca Al-Qur'an tanpa harus disuruh. Bu, maafkan saya ya!"
Readmore »»

Pencurian di Rumah Mursyid Aam


Akhbar Ikhwan
29/3/2011 | 25 Rabbi al-Thanni 1432 H | 472 views
Oleh: Abu Ghozzah Cairo- Orang tak dikenal masuk ke rumah Syaikh Dr Muhammad Badi, MUrsyid Aam Ikhwanul Muslimin, di Beni Suef, selama beliau dan keluarganya berada di Kairo. Orang tak dikenal itu mencuri berbagai dokumen penting, CD-ROM, flash disck pribadi beliau.

Sekembali dari Cairo, beliau menemukan seluruh kondisi rumahnya berantakan, (Minggu malam), setelah dirusak dengan isi rumah, dan hilangnya sejumlah makalah, dokumen, informasi penting dan sejumlah CD.

Pelaku tidak mencuri peralatan listrik atau barang berharga; ini justeru menegaskan bahwa insiden ini motivasi tidak sekedar pencurian, tapi lebih pada motivasi politik.

Para penyerang menggeledah rumah secara penuh, rumah bertingkat dua untuk mencari kertas atau dokumen dan menghamburkan isi rumah dan peralatan listrik di mana-mana.

Setelah penemuan insiden tersebut, dilaporkan kepada gubernur militer Beni Suef dan juga laporan kepada Menteri Dalam Negeri, Kepala Detektif departemen Beni Suef timur Sungai Nil ditugaskan untuk bergerak melaksanakan investigasi.

Sementara itu, Dr Mohammad Mursi, anggota Maktab Irsyad dan juru bicara Ikhwanul Muslimin, meminta kepada pihak berwenang Mesir untuk segera menyelidiki pelanggar ini, dan mendesak bahwa pencurian dokumen penting, kertas dan CD menegaskan bahwa masalah ini bukanlah tujuan dari perampokan, tetapi untuk tujuan politik yang boleh jadi dilakukan oleh lawan-lawan politik IM yang ingin menabur perselisihan dan memancing fitnah di negeri ini.

Dr Morsi mengatakan bahwa apa yang terjadi dengan pemimpin kami ini adalah sangat berbahaya, walaupun kami yakin bahwa Dewan Militer dan pihak penyidik ​​berwenang akan mulai bekerja dan dapat menangkap pelakunya secepat mungkin dan membawa mereka ke pengadilan. (io)
Readmore »»

Fenomena Akhwat Facebook-ers


dakwatuna.com – Suatu hari saat chatting YM, saat aku belum memiliki akun FB..

”Ada FB ga?”

”Ga ada. Adanya blog multiply. perempuanlangitbiru.multiply.com..”

Tak berapa lama kemudian.

”Kok foto di MPmu (multiply, red), anak kecil semuanya siih?? Fotomu mana?”, tanya seorang akhwat yang baru dikenal dari forum radiopengajian.com.

”Itu semua foto keponakanku yang lucu.. ”, jawabku.

Suatu hari di pertemuan bulanan arisan keluarga..

“De’ kok di FBmu ga ada fotomu siih??”, tanya kakak sepupu yang baru aja ngeadd FB-ku.

“Hehe.. Ntar banyak fansnya..”, jawabku singkat sambil nyengir.

Suatu siang di pertemuan pekanan..

“Kak, foto yang aku tag di FB diremove ya? Kenapa kak??”, tanya seorang adik yang hanya berbeda setahun dibawahku..

“He..”, jawabku sambil senyum nyengir yang agak maksa.

Suatu malam di rumah seorang murid.

”FBmu apa?? Saya add ya..”, tanya bapak dari muridku.

Setelah add FBku sang bapak bertanya: ”Kok ga ada fotonya siih??”

Aku hanya bisa ber-hehe-ria.
Dari beberapa kejadian itu, aku hanya bisa menyimpulkan bahwa yang pertama kali dilihat orang ketika meng-add FB seseorang adalah fotonya. Entahlah apa alasannya, mungkin memang ingin tahu bagaimana wajah sang pemilik akun FB, padahal kan yang di add biasanya yang sudah dikenal. Lantas jika memang sang empunya akun tidak memajang foto dirinya di FB, langsung deh jadi bahan pertanyaan, bahkan untuk seorang akhwat sekalipun.

Jika ditilik-tilik, fenomena foto akhwat yang bertebaran di dunia maya nampaknya sudah bukan barang asing lagi. Kita dengan mudah menemuinya termasuk di FB. FB yang merupakan suatu situs jejaring sosial begitu berdampak besar bagi pergaulan masyarakat dunia, pun termasuk pergaulan di dunia ikhwan akhwat.

Maraknya foto akhwat yang bertebaran di FB, membuat LDK (Lembaga Da’wah Kampus) suatu kampus ternama harus membuat peraturan yaitu tidak memperbolehkan akhwat aktivis da’wah kampus memajang foto dirinya di FB. Tentu saja banyak reaksi yang muncul dari peraturan dan kebijakan itu, mulai dari yang taat menerima dengan lapang dada sampai ada juga yang mem’bandel’. Namun apalah arti sebuah peraturan jika memang kita tidak mengetahui fungsi dan tujuannya dengan benar, dapat dipastikan peraturan hanya untuk dilanggar jika ditegakkan tanpa kepahaman.

****

Di suatu pertemuan para akhwat aktivis da’wah kampus..

”Ayolaaah,, foto bareng..”, rayuku sebagai fotografer ketika terheran-heran melihat seorang akhwat yang tidak mau ikut foto, menjauhi kumpulan akhwat yang siap-siap berpose.

Selidik punya selidik ternyata akhwat tersebut kapok untuk difoto karena fotonya beredar di FB padahal dia ga punya FB. Fotonya bisa beredar di FB karena teman-teman satu jurusan mengunduh foto momen bersama di FB yang tentu saja ada dirinya di dalam foto itu. Padahal saat itu, aku belum punya FB (hanya memiliki blog di multiply) dan tidak terbersit sedikit pun berniat untuk mempublish foto itu di dunia maya, yaaa hanya untuk disimpan di folder pribadiku. Foto kebersamaan dengan para saudari seperjuangan yang bisa membangkitkan semangat di saat-saat tak bersemangat, hanya dengan melihatnya.

Jika diperhatikan dengan seksama, ternyata benar bahwa orang-orang termasuk akhwat sudah terbiasa berkata: ”Nanti jangan lupa di upload n di tag in di FB ya..” setelah melakukan foto bersama.

Benar saja! Di suatu kesempatan berselancar di dunia maya, di saat aku akhirnya memutuskan membuat akun FB, melihat-lihat, berkunjung ke FB para akhwat, dan ternyata benar saja foto-foto akhwat dengan mudah dilihat para pengguna FB yang telah menjadi temannya. Aku yang memiliki kepribadian idealis-pemimpi agak terkejut juga melihat hal itu, secara baru terjun di dunia perFBan. Terkejut karena kecantikan para akhwat dengan mudah dinikmati oleh orang lain. Aku agak bingung juga harus bagaimana melihat fenomena akhwat facebook-ers. Ada kekhawatiran apakah terlalu idealisnya pikiranku yang mungkin sebenarnya mengunduh foto sudah menjadi hal yang biasa saja di kalangan para akhwat. Itulah realita yang ada. Entah apa yang melatarbelakangi para akhwat akhirnya mengunduh foto pribadinya atau bersama rekan-rekannya di FB.

Hingga akhirnya pada suatu hari, terjadilah sebuah percakapan:

”Kenapa siih yang dilarang majang foto itu cuma akhwat? Kenapa ikhwan juga ga dilarang?? Bukannya sama aja ya?? Sama-sama bakalan dinikmati kecantikan atau kegantengannya kan??”, tanyaku bertubi-tubi kepada seorang saudari yang sepemikiran denganku tentang fenomena foto akhwat di FB.

”Ya beda-lah.. Coba kita liat para cewek yang ngefans sama artis-artis cowok Korea, mereka cuma ngeliat cowok Korea itu sekadar suka-suka yang berlebihan.. Udaaaah,, hanya sebatas suka ngeliat. Tapi kalo cowok yang ngeliat foto cewek, itu beda. Kamu tau kan kalo daya lihat para cowok itu berbeda?? Ada pemikiran-pemikiran tertentu dari para cowok ketika melihat seorang cewek bahkan hanya sekadar foto.”

Hmm.. yayaya.. Memang aku pernah mendengar bahwa daya lihat seorang laki-laki itu 3 dimensi. Laki-laki bisa membayangkan dan memikirkan hal-hal yang abstrak diluar dari yang dia lihat. Bahkan katanya lagi, seorang laki-laki bisa saja memikirkan seorang perempuan tanpa berbusana hanya karena melihat seorang perempuan yang berbusana mini berlalu di hadapannya. Namun kebenaran itu belum bisa kubuktikan karena aku hanyalah seorang perempuan biasa bukan seorang laki-laki.

Pantas saja Allah memerintahkan kita untuk menahan pandangan, seperti dalam firman-NYA:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. . . . .” [QS. An-Nuur : 30-31]

Ayat ini turun saat Nabi Shalallahu a’laihi wassalam pernah memalingkan muka anak pamannya, al-Fadhl bin Abbas, ketika beliau melihat al-Fadhl berlama-lama memandang wanita Khats’amiyah pada waktu haji. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa al-Fadhl bertanya kepada Rasulullah Shalallahu a’laihi wassalam, “Mengapa engkau palingkan muka anak pamanmu?” Beliau Shalallahu a’laihi wassalam menjawab, “Saya melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, maka saya tidak merasa aman akan gangguan setan terhadap mereka.”

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa yang diperintahkan untuk menahan pandangan bukan saja laki-laki namun juga perempuan. Untuk itu, sudah seharusnya kita menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak seharusnya kita pandang.

Lalu apa hubungannya dengan pemajangan foto di dunia maya??

Jika dulu kasus menjaga pandangan hanya karena bertemu dan bertatap langsung, namun saat ini sudah lebih canggih lagi, tanpa bertemu dan bertatap pun, godaan menahan pandangan itu tetap ada. Ya! Bisa jadi dengan banyaknya bertebaran foto akhwat di dunia maya, itulah godaan terbesar. Buat para ikhwan, harus mampu menahan pandangan di saat berselancar di dunia maya, di saat-saat kesendirian berada di depan layar komputer ataupun laptop. Kondisikan hati terpaut dengan Allah saat-saat kesendirian, jangan sampai kita menikmati foto akhwat yang bertebaran di dunia maya. Buat para akhwat, yang memang merupakan godaan terbesar bagi para ikhwan, akankah kita terus menciptakan peluang untuk membuat para ikhwan ter’paksa’ memandangi foto-foto pribadi kita?

****

Kejadian demi kejadian yang kutemukan di dunia maya begitu banyak menyadarkanku akan pentingnya seorang akhwat menjaga dirinya untuk tidak mudah mengupload foto dirinya di dunia maya.

Beberapa hari belakangan ini, ketika sedang mencari desain kebaya wisuda untuk muslimah berjilbab di mesin pencari google, diri ini dipertemukan dengan sebuah blog yang bernama ’jilbab lovers’. Pecinta jilbab. Ya! Sesuai namanya, di blog itu berisi hampir semuanya adalah foto-foto muslimah berjilbab dengan berbagai pose. Di antara beberapa foto muslimah berjilbab itu, aku temukan 3 komentar yang mengomentari foto seorang gadis, aku akui gadis dalam foto itu sungguh cantik, memenuhi kriteria wanita cantik yang biasanya dikatakan sebagian besar orang. Beginilah kurang lebih komentar 3 orang laki-laki pada foto gadis itu dengan sedikit perubahan:

” Itu baru namanya gadis .. cantik nan islami.. sempuuuuurnaaaa… salam kenal..”

”Subhanallah ada juga makhluk Allah seperti ini ya..”

”Subhanallah..”

Jika kita lihat ke-3 komentar diatas, bisa dilihat bahwa komentarnya begitu islami dengan kata-kata Subhanallah namun juga menyiratkan bahwa sang komentator begitu menikmati kecantikan sang gadis di dalam foto. Hal ini menandakan bahwa siapapun yang melihat foto itu memang pada akhirnya akan menikmati kecantikan sang gadis berjilbab. Allahurobbi,, akankah kita -para akhwat- rela jika kecantikan diri kita dapat dengan bebas dinikmati oleh orang lain yang belum halal bagi kita bahkan belum kita kenal?

Mungkin akan ada sebagian dari kita -para akhwat- yang akan menepisnya: ”Aaahh,, itu kan foto close up. Kalo foto bareng-bareng ya gpp donk??”

Hmm.. ada satu lagi yang kutemukan di dunia maya mengenai foto muslimah berjilbab. Pernah suatu hari, ketika diri ini mencari gambar kartun akhwat untuk sebuah publikasi acara LDF (Lembaga Da’wah Fakultas) di mbah google, kutemukan foto muslimah berjilbab yang sudah diedit sedemikian rupa hingga menjadi sebuah gambar porno. Memang gambar itu tidak kutemukan langsung diawal-awal halaman pencarian google, tapi berada di halaman kesekian puluh dari hasil pencarian keyword yang aku masukkan. Terlihat foto wajah sang muslimah begitu kecil (kuduga dicrop dari sebuah foto) dan dibagian bawah wajah sang muslimah berjilbab diedit dengan dipasangkan foto/gambar sesuatu yang seharusnya tidak diperlihatkan. Naudzubillahimindzalik..

Bagaimana perasaan kita jika seandainya melihat foto diri kita sendiri yang sudah diedit menjadi gambar porno dan dinikmati oleh orang banyak di dunia maya? Atau bagaimana perasaan kita jika ada kerabat dekat yang melihat foto kita yang sudah diedit sedemikian rupa menjadi gambar porno?

Semoga saja hal ini tidak menimpa diri kita. Ya Rabb,, bantu kami –para akhwat- untuk menjaga kemuliaan diri kami..

Mungkin kita bisa mengambil teladan dari kejadian di bawah ini…

Suatu ketika, diri ini menemukan blog (multiply, red) seorang ustadz. Dalam blog itu, terlihat foto sang ustadz bersama ketiga anaknya yang masih kecil, tanpa terlihat ada istrinya. Di bawah foto itu diberi keterangan:”mohon maaf tidak menampilkan foto istri saya..”

Dari situ aku ambil kesimpulan bahwa sang ustadz sepertinya memang tidak ingin menampilkan foto sang istri. Bisa jadi karena begitu besar cintanya terhadap sang istri, maka tak boleh ada yang menikmati kecantikan sang istri selain dirinya, begitu dijaga sekali kemuliaan istrinya. Ya Rabb,, semoga kami -para akhwat- bisa menjaga kemuliaan diri kami..

Mungkin kita bisa mengambil hikmah dari kejadian di bawah ini…

Baru saja kemarin, di perkampungan multiply, MP, ada berita bahwa ada seorang ikhwan yang tiba-tiba minta ta’aruf dengan seorang akhwat padahal belum kenal sang akhwat dan hanya melihat foto sang akhwat di FB. Huufffhh.. ada-ada aja..

Jika diliat dari akar masalahnya mungkin berasal dari foto sang akhwat di FB, bukan begitu??

Jadi, apa yang akan kita –para akhwat- lakukan setelah ini??

****

Tulisan ini dipublish terutama ditujukan pada diri sendiri sebagai seorang akhwat yang masih harus terus belajar menjaga kemuliaan diri serta untuk saling mengingatkan para facebookers yang lain. Semoga kita bisa menjaga kemuliaan diri kita sebagai seorang akhwat ketika berada di dunia maya. Ketika kita -para akhwat- ingin mengupload foto pribadi atau bersama sahabat seperjuangan di dunia maya, tanyakan lagi pada hati kita: untuk apa foto itu dipublish di dunia maya, timbangkanlah masak-masak sebelum menguploadnya, lebih banyak manfaat atau mudharatnya. Tentunya bukan hanya masalah foto yang terpampang di dunia maya yang mengharuskan kita menjaga kemuliaan diri tapi juga ketika kita berinteraksi di dunia maya, entah melalui comment ataupun fasilitas chat yang bersifat lebih privacy.

”Kejahatan itu bukan hanya sekadar berasal dari niat seseorang untuk berbuat jahat tapi karena ada kesempatan. Waspadalah..Waspadalah..”

Semangat bermanfaat!

Jadikan dunia maya sebagai ladang amal kita
Readmore »»

Ust Hilmi Aminuddin: Kita Wajib Berlapang Dada


Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah..

Sebagai da’i kita harus punya keteguhan sikap dalam menghadapi berbagai cobaan dan tantangan yang ada karena itu adalah sunnatullah dalam perjalanan dakwah. Karakter da’i adalah Atsbatu mauqifan, paling teguh sikapnya. Tidak tergoda, tidak terprovokasi, tidak berhenti apalagi mundur.

Namun, ikhwan wa akhwat fillah, keteguhan sikap kadang-kadang menimbulkan eksklusivitas. Kadang-kadang –na’udzubillah- menimbulkan kesombongan. Kadang-kadang menimbulkan kekakuan dalam komunikasi. Oleh karena itu, harus diimbangi dengan arhabu shadron, paling berlapang dada. Teguh sikap, tapi paling berlapang dada.

Berlapang dada terhadap kritikan. Berlapang dada, bahkan terhadap aneka ragam cemoohan. Aneka ragam fitnah, kita berlapang dada. Bahkan kita jadikan semua itu bahan-bahan untuk instropeksi, untuk mawas diri, untuk memperbaiki. Kita sebagai pribadi dan kita sebagai jama’ah, kita perbaiki semua. Jadi insyaAllah semua itu kita terima dalam konteks bahan-bahan untuk instropeksi, untuk memperbaiki diri.

Kita berlapang dada. Kita tidak marah, apalagi ngamuk-ngamuk. Walaupun kalimat amuk itu spesifik melayu, sampai jadi bahasa Inggris. Artinya itu spesifik karakter melayu, melakukan sesuatu tanpa perhitungan, gelap mata. Tapi insyaAllah dengan manhaj kita, kita sudah melepaskan diri sikap-sikap amuk melayu itu. Nggak ada pada kita. Nggak ada sikap-sikap amuk itu. Kita dengan tenang menghadapi cemoohan, menghadapi caci maki. Menghadapi ancaman-ancaman, kita tenang aja.

Karena kita arhabu shadron. Sehingga komunikasi kita dengan orang, termasuk dengan yang mencaci-maki pun tidak patah arang. Setiap saat kita tetap bisa menyambung silaturrahim. Setiap saat kemungkinan ta’awun. Setiap saat terbuka kerjasama. Nggak ada kita mutung-mutungan. Nggak ada.

Ini sikap dari kader kita harus begitu. Atsbatu mauqifan, tetapi arhabu shadron. Paling teguh sikapnya, tapi luar biasa lapang dadanya. Dan ini karunia Allah swt.

Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah..

Rasulullah saw. qudwah kita, yang sudah berarti ujiannya jauh lebih besar dari ujian kepada kita. Disebutkan asaddu bala’an itu al anbiya’, yang paling berat ujiannya itu para nabi. Rasulullah saw. ketika datang ujian, di saat-saat fatrah makkiyah, beberapa tahun sebelum hijrah, dua tahun - tiga tahun sebelum hijrah, istri beliau Khadijah ra. meninggal dunia. Padahal dengan wibawanya sebagai bangsawan Quraish, denang hartanya sebagai aghniya’ Quraish, itu mem-back up dakwah Rasulullah saw.

Abu Thalib –pamannya- yang mem-back up melindungi keponakannya juga meninggal dunia dalam waktu yang tidak berjauhan. Di saat itu intimidasi Quraish meningkat, ancaman-ancaman meningkat, karena dua pelindung besar ba’da Allah sudah tidak ada. Sudah tentu sebagai manusia, Rasulullah merasakan himpitan itu, tekanan itu, intimidasi itu semakin terasa. Tapi kemudian Allah menurunkan dua surat (Adh-Dhuha & Al Insyirah), menghibur Rasulullah saw.

Kata Allah swt. dalam surat Ad Dhuha, “Waddhuha, wallaili idza saja..” Allah bersumpah terhadap waktu dhuha dan waktu malam. Kata Allah, “Maa wadda’aka Rabbuka wa maa qola..” Tidak sekali-kali Allah meninggalkanmu dan tidak juga marah kepadamu.

Ini kita sebagai waratsatul anbiya’ wal mursalin, ketika ada himpitan-himpitan, kembali kepada waddhuha itu. Allah memang dari waktu ke waktu menguji kita, selagi kita istiqomah ala thoriqid da’wah, insyaAllah, Allah tidak meninggalkan kita. Maa wadda’aka wa maa qola, dan tidak juga marah.

Itu Allah lagi menggembleng kita. Yang kadang-kadang supaya hasil gemblengannya hakiki, instrukturnya itu memang lawan bener gitu. Jadi bukan artifisial, bukan. Bukan dibuat-buat. Memang orang yang berniat jahat banget sama kita yang jadi instruktur. Agar hasilnya hakiki. Tembakannya bener-bener diarahkan. Supaya hasilnya hakiki, dalam pelatihan itu. Itu sunnatullah begitu.

Kalau dalam latihan yang dibuat, yang artifisial, hasilnya tidak hakiki. Jadi sekali lagi, ingat kepada waddhuha wallaili idza saja. Kata Allah, maa wadda’aka Rabbuka wa maa qola. Bahkan Allah membangunkan optimisme kita, walal akhiratu khairu laka minal ula. Masa depan kalian lebih baik dari masa lalu kalian. Yakini itu.

Untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, baik dunia atau akhirat kita, ya kita perlu digembleng. Walal akhiratu khairu laka minal ula. Dan, wala saufa yu’thika, Allah akan selalu memberi dan memberi, memfasilitasi dan memfasilitasi, jika kita tetap berjalan dalam thariqul istiqomah. Wala saufa yu’thika Rabbuka fatardho. Dan kamu ridho, puas, qona’ah, akan perjalanan yang benar ini.

Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah..

Dalam situasi yang seperti yang saya gambarkan dalam sejarah Rasulullah, kemudian diikuti dengan surat al Insyirah. Alam nasyrah laka shadrok, kata Allah. Bukankah telah kami lapangkan dada kalian. Yang tadi saya katakan arhabu shadron, itu karena Allah melapangkan dada kita.

Alam nasyrah laka shadrok, wawadho’na ‘anka wizrok. Dan Kami letakkan beban yang ada di punggung kalian. Alladzi anqodzo dhohrok. Warafa’na laka dzikrok. Kemuliaan kalian ditingkatkan.

Fa inna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al ‘usri yusro, kata Allah dalam menghidupi situasi seperti ini,. Luar biasa. Allah untuk memberikan kemudahan melalui kesulitan. Dalam kesulitan itulah terkandung kemudahan. Diingatkan sampai dua kali. Untuk menemukan kemudahan dalam kesulitan. Untuk menemukan kenikmatan dalam ancaman. Ya, kita harus terus aktif.

Fa idza faraghta fanshob. Jangan berhenti bekerja. Artinya, kita para pekerja dakwah. Yang tidak berhenti oleh situasi apapun, oleh ancaman apapun.

Fa idza faraghta fanshob. Dan motivasi kita, tujuan kita jelas. Wa ila Rabbika farghob. Situasi yang menghimpit Rasulullah, situasi yang menekan Rasulullah itu, dijawab oleh Allah dengan dua surat yang sangat menghibur Rasulullah saw. InsyaAllah, dua surat itu harus menjadi bekalan kita dalam segala situasi sehingga kita bisa terus bekerja untuk kemaslahatan bangsa.

Negeri tercinta ini adalah anugerah Allah kepada kita. Apalagi tanah air kita, yang indah permai, mengandung banyak resouces. Yang bangsa-bangsa lain ngiri, ingin ikut menikmatinya. Bahkan kadang-kadang berkonspirasi untuk merebutnya, atau memanfaatkannya, tanpa melihat hak-hak dari pemilik sah dari bumi pertiwi Indonesia ini. Tanggungjawab nasional ini harus tampil, dalam kehadiran kita, dalam program kita, agenda kita, sepak terjang perjuangan kita. Harus tampil.

Kita adalah pengawal di garis terdepan bagi kepentingan-kepentingan bersama secara nasional. Kita tidak ingin merusak negara ini, karena ini adalah negara karunia Allah.


*Kutipan Taushiyah Ketua Majlis Syuro PKS Ustadz Hilmi Aminuddin pada acara DPW PKS DKI tanggal 27 Maret 2011.

*posted: pkspiyungan.blogspot.com
Readmore »»

Akhirnya, Salafi Bolehkan Pemilu



Hidayatullah.com--Perubahan pemikiran yang dianut komunitas Muslim yang menyatakan diri mereka sebagai pengikut salaf atau Salafi, semakin mencolok pasca terjadinya “revolusi Mesir”. Bukan hanya mengoreksi ulang pendapat mereka mengenai demonstrasi dan menyampaikan kritik secara terang-terangan kepada penguasa (baca artikel sebelumnya, Tatkala Salafi Memilih Berdemonstrasi), namun pendapat fiqih yang berkenaan dengan masalah pemilu juga tudak luput dari koreksi.

Pada hari Jumat (18/2), sebagaimana dilansir oleh situs berita lokal Mesir, Al Yaum As Sabi’ (19/2), komunitas ini melaksanakan muktamar di Manshurah Mesir. Awalnya muktamar ini untuk merupakan bentuk dukungan agar UU Pasal 2, yang menyatakan bahwa syari’at adalah sumber hukum Mesir, agar tidak diutak-atik. Namun pembicaraan juga berisi seruan untuk meninjau ulang pandangan mengenai pemilu.

Syeikh Muhammad Hasan selaku salah satu pembicara menyatakan,”Saya meminta kepada para syeikh kita untuk meninjau kembali, terhadap hal-hal yang telah diterima pada tahun-tahun sebelumnya, seperti masalah pencalonan dalam parlemen dan syura, serta (pencalonan) presiden dan pemerintahan. Saya meminta kepada para syeikh kita untuk berkumpul untuk mengurai masalah ini, agar para pemuda kita terhindar dari fitnah dan bercerai berai.”

Sepertinya, usulan Syeikh Muhammad Hasan kepada para tokoh Salafi untuk mengoreksi ulang pendapat mengenai hukum mengikuti pemilu, mendapatkan sambutan. Syeikh Ahmad Farid, yang juga salah satu tokoh komunitas Salafi Iskandariyah juga menyatakan bahwa pembentukan partai politik masih merupakan kemungkinan-kemungkinan. Demikian dikutip Al Mafkarah (6/3), dari Koran As Syuruq. Hal ini menunjukkan tekad komunitas ini berpartisipasi dalam pemilu.

Respon terhadap usulan itu semakin besar dengan berkumpulnya para tokoh Salafi yang tergabung dalam jama’ah Anshar As Sunnah Al Muhammadiyah untuk membahas hukum berpartisipasi dalam pemilu.

Akhirnya, pada tanggal 12 Maret 2011 Anshar As Sunnah Al Muhammadiyah Pusat secara resmi mengumumkan pandangan mereka dalam situs resminya, elsunna.com. Salah satu poin dari keputusan menyebutkan,”Kami tidak melihat adanya larangan syar’i untuk berpartisipasi dalam perpolitikan, baik di parlemen, syura, serta parlemen lokal, karena hal itu merupakan wasilah dakwah kepada masyarakat umum.”

Demikian juga, mereka menyarankan agar para dai tidak mencalonkan diri, hingga menyebabkan aktivitas dakwah terganggu. Disamping itu, himbauan ditujukan kepada umat Islam agar dalam pemilu penentuan presiden, mereka memilih calon yang paling memiliki perhatian kepada urusan umat Islam.

Keputusan ini hasil dari musyawarah Ahli Syura jama’ah ini, diantaranya adalah Dr. Abdullah Syakir, Syeikh Muhammad Husein Ya’kub, Syeikh Muhammad Hasan, Dr. Jamal Al Murakibi, Syeikh Musthafa Al Adawi, Syeikh Abu Bakr Al Hanbali, Syeikh Wahid Abdussalam Bali, serta Syeikh Jamal Abdurrahman.

Dianut Tokoh Salafi Yordan

Sebenarnya, pendapat bolehnya mengikuti pemilu bukan hanya pandangan sejumlah tokoh Salafi Mesir pasca revolusi saja. Sebelumnya beberapa tokoh Salafi di luar Mesir juga telah meninjau ulang pendapat yang mereka anut mengenai pemilu. Dua tokoh Salafi Yordan yang saat ini masih dijadikan rujukan sebagian komunitas Salafi Indonenesia, yakni Syeikh Ali Al Halabi dan Syeikh Masyhur Hasan Ali Salman telah menyatakan bahwa berpartisipasi dalam pemilu merupakan hal yang dibolehkan, sebagaimana dilansir Al Jazeera (26/10).

“Sesungguhnya Salafiyin tidak mendukung pencalonan untuk Pemilu, namun mereka memandang bahwa memilih siapa yang lebih utama dan lebih baik serta paling banyak positifnya dan paling minim negatifnya untuk maslahat umum adalah hal yang diperbolehkan.” Kata Syeikh Ali Hasan kepada Al Jazeera.

Masih menurut Syeikh Al Halabi, “Syeikh Al Albani juga memiliki pendapat membolehkan berpertisipasi dalam Pemilu, di saat itu beberapa muridnya menyeselisihi dengan dengan menggunakan adab.Hari ini, sebagai dampak dari perkembangan pemikiran dan memandang sebagai maslahat umum, kami kembali kepada pendapat Syeikh Al Albani, tentang bolehnya mengikuti pemilu parlemen.” Ungkap Al Halabi

Demikian pula Syeikh Masyhur Hasan Ali Salman menyatakan, “Pemerintah telah meminta kepada kalian untuk mengikuti Pemilu, dan hal itu bukanlah keharaman. Janganlah kalian melakukan pemboikotan. Pemboikotan bukanlah ibadah. Adalah orang yang salah jika ia berfikir melakukan ibadah kepada Allah dengan melakukan pemboikotan”

Namun, perubahan pendapat beberapa tokoh Salafi Mesir dan Yordan masih terhitung “lambat” dibanding saudara-saudara mereka di Kuwait dan Bahrain. Di Kuwait At Tajammu’ As Islami As Salafi telah bergabung dengan parlemen. Sebelumnya, tahun 1981 komunitas Salafi yang saat itu diwakili Ihya’ At Turats memboikot pemilu, namun setelah itu mereka bergabung dalam parlemen.

Walau dalam situs resminya ( alislami.org), Khalid Sulthan, salah satu anggota parlemen dari At Tajammu` menyatakan bahwa organisasi itu bukan sayap politik Ihya At Turats. Namun, menurutnya, kedua-duanya adalah Salafi yang tidak bertentangan satu sama lain.

Sedangkan di Bahrain, komunitas Salafi juga sudah bergabung dengan parlemen. Di bawah komando Syeikh Adil Al Mua’wwidah, pada 6 Mei 2002, didirikanlah Al Ashalah Al Islamiyah, organisasi politik yang pada pemilu tahun 2010 lalu memperolah 4 kursi.

Berhadapan dengan Realita

Yang dialami Salafi sebenarnya pernah juga dialami oleh Al Ikhwan Al Muslimun di masa awal, dimana akhirnya mereka terjun ke wilayah politik walau sebelumnya menolak. Keputusan itu diambil ketika idealisme yang mereka miliki terpaksa harus berhadapan dengan realita, seperti dikatakan oleh pengamat gerakan Salafi Timur Tengah, Bassam Nashir, sebagaimana dikutip Al Jazeera (26/10)

Syeikh Al Qaradhawi sendiri, sebagaimana dilansir situs resmi beliau, qaradawi.net (22/12), juga pernah menyinggung mengenai perubahan pendangan fiqih komunitas Salafi, khususnya dalam masalah pemilu.

Beliau memandang perubahan ini terjadi karena beberapa faktor,”Tidak diragukan lagi, bahwa realitalah yang mengharuskan mereka berubah. Termasuk di dalamnya, karena persinggungan dengan dunia luar dan keluarnya mereka ke nagara-negara di dunia, setelah sebelumnya banyak dari mereka tidak keluar dari negara-negara mereka, yang menyebabkan tidak adanya perubahan dan pemikiran menuju perubahan.”

Beliau melanjutkan,“Ketika Salafi keluar dan berbaur dengan berbagai bangsa, ia akan mengitropeksi diri. Sebagaima ada yang memperluas bacaannya dan menelaah kitab-kitab yang tidak sempat ditelaah sebelumnya. Manusia bukanlah batu, ada hal-hal yang bisa memberi bekas kepada peribadi seseorang.”

Walhasil, pasca jatuhnya Mubarak, semakin banyak barisan tokoh-tokoh Salafi yang akhirnya setuju dengan pemilu. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada juga sebagian tokoh komunitas ini yang masih memandang bahwa berpartisipasi dalam pemilu merupakan perkara yang diharamkan*

Keterangan foto: (1), suasana konfrensi Salafi di Manshurah, Mesir (2), Syeikh Ahmad Farid, tokoh Salafi Iskandariyah
Rep: Thoriq
Red: Cholis Akbar
Readmore »»

Salah Faham Tentang Istikharah

Hakekat istikharah adalah “penyerahan urusan dan pilihan terbaik kepada Allah SWT”, sesuai dengan namanya: “istikharah” yang artinya meminta dan menyerahkan yang terbaik, meskipun urusan itu bisa jadi tidak disukainya.
...

Oleh : Musyafa Ahmad Rahim, Lc.
(Kaderisasi DPP PKS)

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنَ القُرْآنِ، يَقُولُ: " إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ، فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العَظِيمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلَّامُ الغُيُوبِ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي، ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِي الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ، ثُمَّ أَرْضِنِي " قَالَ: «وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ» (رواه البخاري [1162، 6382، 7390] وغيره).

Dari Jabir bin Abdillah RA, ia berkata: Rasulullah SAW mengajarkan istikharah kepada kami dalam segala urusan, semuanya, sebagaimana beliau mengajarkan sebuah surat dari Al-Qur’an, beliau bersabda: “Jika salah seorang diantara kamu mempunyai keinginan terhadap sesuatu, hendaklah ia melakukan shalat dua rakaat yang bukan fardhu, kemudian membaca doa: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon yang terbaik kepada-Mu dengan wasilah ilmu-Mu dan memohon takdir kepada-Mu dengan wasilah qudrat-Mu, dan aku memohon kepada-Mu sebagian dari karunia-Mu yang agung, sebab Engkau memiliki qudrat (kemampuan) sedangkan aku tidak memilikinya, dan Engkau mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkau adalah Dzat yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini – dipersilahkan menyebutkan urusan dan hajatnya- adalah yang terbaik untukku dalam agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku’ – atau ia berkata: ‘urusanku sekarang dan kemudian’ –‘ maka takdirkanlah untukku dan mudahkanlah untukku, kemudian, berikanlah keberkahan kepadaku dalam urusan itu, dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini – dipersilahkan menyebutkan urusan dan hajatnya – adalah buruk untukku dalam agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku’ – atau ia berkata: ‘urusanku sekarang dan kemudian’ – ‘maka palingkan ia dariku dan palingkan diriku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku di mana pun ia berada, kemudian, jadikan diriku ridha kepadanya’”.

(HR Bukhari [1162, 6382 dan 7390) dan juga diriwayatkan oleh yang lainnya.

Pemahaman-pemahaman salah tentang Istikharah:

1. Hanya Diperlukan Saat Ragu-Ragu Memilih

Sebagian orang memahami bahwa shalat istikharah hanya disyari’atkan saat seseorang ragu-ragu dalam memilih diantara dua perkara.

Pemahaman ini tidaklah benar, sebab hadits Rasulullah SAW menjelaskan: “Idza hamma ahadukum bil amri” (Jika salah seorang diantara kamu mempunyai keinginan terhadap sesuatu).

Terlihat di sini bahwa Rasulullah SAW TIDAK BERSABDA: “Idza taraddada” (jika salah seorang diantara kamu ragu-ragu).

Perlu juga diketahui bahwa kata: “hamma” menunjukkan suatu peringkat dari suatu keinginan. Ia adalah marhalah (tahapan) lebih rendah dan lebih ringan dari azam yang berarti tekad.

Agar lebih jelas peringkat-peringkat ini, baik juga kita kutip perkataan seorang pelantun yang menjelaskan hal ini:

مَرَاتِبُ الْقَصْدِ خَمْسٌ: (هَاجِسٌ) ذَكَرُوْا ÷ فَـ (خَاطِرٌ)، فَـ (حَدِيْثُ النَّفْسِ) فَاسْتَمِعَا

يَلِيْهِ (هَمٌّ) فَـ (عَزْمٌ) كُلُّهَا رُفِعَتْ ÷ سِوَى اْلأَخِيْرِ فَفِيْهِ اَلأَخْذُ قَدْ وَقَعَا

Perintah “maksud” atau “tujuan” itu ada lima yang mereka sebutkan: “Hajis” (gerakan hati), lalu “Khathir” (lintasan, gagasan), lalu “Haditsun-nafs” (suara jiwa), maka dengarkanlah.

Disusul “hammun” (keinginan), lalu “azam” (tekad). Semua itu tidak terhitung dan tidak tercatat kecuali dua tingkatan yang terakhir. Inilah pendapat yang terpilih.

Jadi, seandainya seseorang berkeinginan untuk melakukan suatu perbuatan, dan ia tidak mempunyai opsi pilihan kecuali satu pilihan saja, dimana ia telah mempunyai “hamm” (keinginan) untuk melakukannya, maka sebelum ia benar-benar melakukannya, hendaklah ia melakukan shalat istikharah, dan jika ia memiliki “hamm” untuk tidak melakukannya atau meninggalkannya, hendaklah ia melakukan istikharah terlebih dahulu.

Adapun jika dihadapannya ada sekian banyak opsi pilihan, maka:

- Pertama sekali hendaklah ia melakukan musyawarah, meminta pendapat kepada orang-orang yang terpercaya, baik dari kalangan ahli ilmu, ulama’, maupun pakar dan ahli, agar mereka membantunya untuk menyisakan satu pilihan saja dari sekian banyak pilihan, lalu,

- Jika ia berkeinginan melakukan pilihan yang tinggal satu ini, sebelum ia benar-benar melakukannya, hendaklah ia melakukan istikharah.

2. Istikharah Hanya Berlaku Untuk Urusan Tertentu Saja

Sebagian orang meyakini bahwa istikharah hanya disyariatkan untuk dilakukan terhadap urusan-urusan tertentu saja, misalnya: urusan pernikahan, bepergian dan semacamnya. Atau istilahnya: urusan-urusan besar, strategis, genting dan berdampak panjang atau luas.

Keyakinan ini tidaklah benar, sebab, sahabat nabi yang meriwayatkan dan menyampaikan informasi itu kepada kita, yaitu Jabir bin Abdillah As-Salami mengatakan: “kana yu’allimuna al-istikharata fil umuri kulliha”, artinya: “Rasulullah SAW mengajarkan kepada kami untuk melakukan istikharah dalam segala urusan, semuanya”.

Jelas di sini bahwa ia tidak mengatakan: “fi ba’dhil umur” (pada sebagian urusan), atau “fil umuri al-kabirah” (dalam urusan-urusan besar”.

Akibat dari keyakinan yang salah ini, manusia menjadi ogah melakukan istikharah dalam urusan yang mereka pandang kecil, remeh, sepele, tidak penting, tidak strategis, tidak berdampak panjang, tidak berdampak besar dan sebagainya, padahal, bisa jadi, dan ini sangat mungkin, urusan yang dipandang kecil itu sebenarnya memiliki dampak serius dan besar bagi kehidupan dunia dan akhirat-nya.

3. Mesti Shalat Khusus Istikharah

Ada juga sebagian manusia yang meyakini bahwa istikharah mestilah dilakukan dalam bentuk shalat khusus yang bernama shalat istikharah.

Keyakinan ini pun tidaklah benar, sebab hadits nabi menjelaskannya demikian: “falyarka’ rak’atain min ghairil faridhah” (hendaklah ia melakukan shalat dua raka’at yang bukan fardhu).

Penegasan Rasulullah SAW: “min ghairil faridhah” (yang bukan fardhu) mencakup shalat tahiyyatul masjid, shalat sunnat Rawatib, Shalat Dhuha, Sunnat Wudhu dan shalat-shalat sunnat lainnya. Sehingga, sangat dimungkinkan, disamping diniatkan sebagai shalat-shalat sunnat tersebut, disertai juga niat istikharah dan hal ini termasuk yang dibenarkan oleh syari’at, dimana terjadi double niat dalam sebuah ibadah, yaitu saat salah satu ibadah bukan menjadi tujuan utama, semacam shalat istikharah ini.

4. Harus Ada Rasa Plong Setelah Istikharah

Ada lagi sebagian manusia yang meyakini keharusan adanya insyirah shadr (dada yang plong) setelah melakukan istikharah.

Hal ini sebenarnya tidak ada dalilnya, sebab, hakekat istikharah adalah “penyerahan urusan dan pilihan terbaik kepada Allah SWT”, sesuai dengan namanya: “istikharah” yang artinya meminta dan menyerahkan yang terbaik, meskipun urusan itu bisa jadi tidak disukainya. Bukankah Allah SWT berfirman:

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (البقرة : 216)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS.Al-Baqarah: 216)

Akibat harus adanya insyirah tersebut, sering terjadi, seseorang malah menjadi semakin bingung dan semakin ragu-ragu setelah ber-istikharah. Dan bisa jadi ia lalu melakukan istikharah berulang-ulang. Alih-alih mendapatkan insyirah shadr (rasanya plong di dada), justru ia semakin ragu dan semakin bingung, terlebih jika dari awal memang ia sudah memiliki perasaan tidak sreg kepada apa yang akan dilakukannya.

Terkadang juga, sepertinya seseorang “memaksa” Allah SWT agar menyetujui pilihannya, sehingga cara dan sikap ini tentunya tidak bisa disebut istikharah lagi, sebab, seperti telah dijelaskan, istikharah artinya adalah memohon dan menyerahkan yang terbaik kepada Allah SWT, dan bukan memaksa Allah SWT untuk menyetujui pilihannya.

Yang benar adalah bahwa apa yang dikehendaki Allah SWT, akan dimudahkan urusannya oleh Allah SWT: “faqdirhu li wa yassirhu li” takdirkan dan mudahkanlah untukku.

Dan apa yang ditakdirkan dan dimudahkan Allah SWT itu, kita mohonkan untuk diberkahi oleh-Nya: “tsumma barik li fihi” kemudian berkahilah ia untukku. Wallahu a’lam

5. Mesti Mimpi

Sebagian orang meyakini bahwa setelah istikharah mestilah mimpi melihat sesuatu yang menunjukkan bahwa pilhannya tepat dan benar, atau memberi petunjuk kepada yang mana seseorang harus memilih. Sehingga, bisa jadi seseorang lama sekali menunggu dan tidak segera melakukan sesuatu dikarenakan ia belum bermimpi seperti yang diharapkan.

Keyakinan seperti tidak memiliki dalil sama sekali. Sebab, apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW menjelaskan bahwa hendaklah seseorang segera melakukan suatu perbuatan setelah ber-istikharah dengan penyerahan sepenuhnya kepada Allah SWT, sebagaimana telah dijelaskan di depan. Jika ia bermimpi melihat sesuatu yang baik, hal itu merupakan nurun ‘ala nur (cahaya di atas cahaya), yaitu cahaya penyerahan kepada Allah SWT yang merupakan refleksi keimanannya – insyaAllah – dan cahaya mimpi baik yang Allah SWT berikan kepadanya. Namun, jika tidak bermimpi, ya silahkan terus jalan saja dan tidak usah menunggu mimpi.

Inilah sebagian keyakinan yang salah tentang istikharah semoga ada manfaatnya.

Bagi yang ingin pendalaman lebih jauh, silahkan merujuk ke sebuah buku kecil berjudul: Sirrun Najah wa Miftahul Khair wal Barakah wal Falah (Rahasia Sukses dan Kuci Kebaikan, Keberkahan dan Keberuntungan) yang ditulis oleh Syekh DR. Muhammad bin Abdul Aziz al-Musnid.


*posted: pkspiyungan.blogspot.com
Readmore »»

Mesir Larang Pendirian Partai Berasaskan Agama

Kamis, 31 Maret 2011


Hidayatullah.com--Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata yang tengah memegang kekuasaan di Mesir, mengeluarkan sebuah deklarasi konstitusi yang berisi sebanyak 62 pasal.

Salah seorang anggota Dewan, Mayor Jenderal Mamdouh Shaheen dalam konferensi pers mengatakan bahwa deklarasi tersebut terdiri dari empat bab pertama konstitusi tahun 1971 yang mencakup semua tentang kenegaraan. Dan juga pasal II yang menyatakan bahwa Islam adalah agama resmi di Mesir.

Selain itu juga diatur mengenai pemindahan beberapa kekuasaan dari Dewan Militer kepada parlemen yang terpilih dalam pemilu September mendatang, dan pemindahan sisa kekuasaan selanjutnya kepada presiden terpilih.

Ia menjelaskan bahwa deklarasi konstitusional tersebut mencakup amandemen konstitusi yang disetujui oleh mayoritas rakyat Mesir dalam referendum pada tanggal 19 Maret lalu.

Namun lebih lanjut Shaheen mengatakan bahwa deklarasi konstitusional tersebut melarang pembentukan partai-partai berbasis agama. Kemudian juga melarang penangkapan dan penahanan tanpa dasar hukum yang jelas.

Salin itu konstitusi memberikan kebebasan dalam beragama, berpendapat dan pers.

Shaheen juga mengatakan bahwa Dewan Kementerian akan turut ambil bagian selama periode enam bulan masa deklarasi konstitusional ini dengan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata dalam mengambil keputusan.

Adapun beberapa pasal dari deklarasi konstitusi tersebut adalah:

Pasal 1

"Republik Arab Mesir adalah negara demokratis yang berdasarkan kewarganegaraan."

"Rakyat Mesir adalah bagian dari bangsa Arab yang berusaha untuk mencapai kesatuan utuh."

Pasal 2

"Islam adalah agama resmi negara. Bahasa Arab adalah bahasa resmi negara. Dan syari'ah islamiyah adalah sumber utama dalam perundang-undangan."

Pasal 4

"Bagi setiap warga negara berhak untuk mengadakan perkumpulan, mendirikan perserikatan, persatuan dan partai yang sesuai dengan hukum undang-undang."

"Dilarang mendirikan perkumpulan yang gerakannya melawan sistem sosial masyarakat, atau rahasia, atau bersifat militer."

"Tidak diperbolehkan secara langsung gerakan-gerakan politik, atau mendirikan partai politik atas asas agama, atau berasaskan apapun yang dapat menyebabkan perpecahan."

Dan ada beberapa pasal lainnya.*
Sumber : islammemo/hadath-el-
Rep: Ahmad Sadzali
Red: Cholis Akbar
Readmore »»

Selasa, 29 Maret 2011

Rahasia Menikmati Perjalanan Halaqah, Menghilangkan Kejenuhan dan Meningkatkan Produktivitas


Hudzaifah.org - Bagaimana agar halaqah dapat berjalan secara dinamis dan meningkat produktivitasnya serta tidak terjebak dalam kejemuan? Sebab suasana jemu dapat berdampak pada antusiasnya peserta dan murabbi untuk mengikuti halaqah. Inilah beberapa kiat yang dapat diterapkan sesuai kondisi dan situsi halaqah agar dapat mewujudkan halaqah yang muntijah (sukes).

I . Urgensi Halaqoh

Halaqah adalah sebagai wadah pengkaderan. Urgensi halaqah adalah:

1. Melaksanakan perintah Allah SWT untuk belajar seumur hidup.
2. Mengikuti sunnah Rasul dalam membina para sahabat dengan metode halaqoh.
3. Sarana efektif untuk mengembangkan kepribadian Islam.
4. Melatih amal jama’i dalam mempertahankan eksistensi jama’ah Islamiyah.
5. Jalan untuk membentuk ummat (takwinul ummah) yang Islami.


II. Halaqah Muntijah (sukses)

Musthafa Mansyhur, pernah berkata: “eksistensi halaqah (tarbiyah islamiyah) tak boleh berakhir, walau daulah islamiyah telah berhasil ditegakkan.”

Bebagai Tipe Halaqoh :

1. Halaqoh sukses (muntijah)
Yaitu halaqoh yang dinamisasinya dan produktifitasnya tinggi.

2. Halaqoh paguyuban
Yaitu halaqoh yang dinamisasinya tinggi tapi produktifitasnya rendah.
Contohnya, Halaqoh yang kebanyakan isinya berupa games, rujak party, jalan-jalan, dll.

3. Halaqoh jenuh
Yaitu halaqoh yang produktifitasnya tinggi tapi dinamisasinya rendah.
Contohnya, Halaqoh yang sering ada penugasan namun jarang ada variasi dalam halaqohnya.

4. Halaqoh sedang
Yaitu halaqoh yang dinamisasi dan prodkutifitasnya sedang.

5. Halaqoh tipe rendah
Yaitu halaqoh yang dinamisasi dan produktifitasnya rendah.

Dinamisasi adalah jalannya halaqoh berlangsung dengan menggairahkan dan tidak menjemukan. Produktifitas adalah tujuan halaqoh tercapai.

Murobbi memiliki peran yang sangat penting supaya halaqoh menjadi muntijah. Hal ini karena murobbi yang memimpin halaqoh, sekaligus yang memotivasi, mengarahkan, membimbing, dan mengendalikan halaqoh.

Sistem Halaqah adalah input (paham manhaj, murabbi handal, mutarabbi potensial), proses yang dinamis, output yang produktif, dan akhirnya outcome mampu beramal jama’i dan pribadi yang islami.

Sebab Kurang Seriusnya Murobbi melakukan dinamisasi dan produktivitas halaqah:

1. Terjebak dengan rutinitas.
2. Sibuk dengan da’wah ’ammah yang lebih tenar dan ramai.
3. Sibuk dengan urusan dunia.
4. Terpesona dengan jumlah.
5. Merasa bahwa halaqohnya tidak ada masalah.
6. Kurangnya motivasi dan pengingatan dari ikhwah di sekelilingnya.
7. Terlena dengan cara yang digunakan pada masa lalu (conventional method).

III. Halaqah Dinamis

Manfaat Halaqoh yang Dinamis:

1. Kehadiran peserta yang rutin. (QS. Al Kahfi : 28)
2. Semangat yang tinggi. (QS. Al Anfal : 65)
3. Tanggung jawab yang besar.
4. Mempercepat pencapaian tujuan. (QS. Faathir : 32)
5. Meningkatkan kreativitas. (QS. Al Ankabut : 69)
6. Menghindari kemaksiatan. (QS. Al Hadiid : 16)
7. Memperkecil konflik atau masalah. (QS. Al Hujuurat : 10)
8. Mempererat ukhuwah. (QS. Al Anfal : 63)

Sebab – Sebab Munculnya Kejenuhan dalam Halaqah:

1. Suasana yang monoton.
2. Tiada keteladanan.
3. Kurangnya upaya untuk saling mengingatkan.
4. Konflik yang berkepanjangan dan tidak segera diselesaikan.
5. Kurangnya keikhlasan.
6. Perbuatan maksiat.
7. Kurangnya pemahaman.

Tahapan Kejenuhan:

1. Monoton.
2. Tidak memberi nilai tambah pada dirinya (eliminasi makna)
3. Menghindar dari kehadiran.
4. Tidak nyaman.
5. Apatis atau tidak peduli.

Dampak Kejenuhan:

A. Peserta: (7K)

1. Kehadiran yang tidak rutin.
2. Kedisplinan yang menurun.
3. Keterlibatan yang minim.
4. Ketidakpuasan yang meningkat.
5. Kemaksiatan yang muncul.
6. Konflik / masalah yang bertambah.
7. Keterlambatan pencapaian tujuan.

B. Murobbi

1. Malas melakukan persiapan.
2. Penyampaian yang kurang berisi.
3. Lupa pada tujuan.

Ciri – Ciri halaqoh yang Dinamis:

1. Suasana yang dinamis dan inovatif.
2. Komentar-komentar kerinduan pada pertemuan berikutnya.
3. Ingin berlama-lama.
4. Kehadiran yang rutin.


IV. Halaqah Produktif

’Tujuan usroh (halaqah) adalah menyiapkan orang-orang pilihan untuk memikul tanggung jawab yang amat besar” (Dr. Ali Abdul Halim Mahmud)

Pencapaian produktivitas harus diiringi pencapaian dinamisasi. Keduanya sama penting bagi kelompok dan individu. Sebagaimana tercantum dalam QS. Ali Imran : 102 (produktivitas) dan QS. Ali Imran: 103 (dinamisasi).

Produktivitas adalah banyaknya hasil (tujuan) yang ingin dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Produktivitas dapat dilihat dari dua sisi: kuantitas dan kualitas.

Tujuan (sasaran) halaqah adalah:

1. Tercapainya Muwashofat/kenaikan jenjang
2. Tercapainya pembentukan murabbi
3. Tercapainya pengembangan potensi

Dr. Abdullah Qadiri berkata, ”Sesungguhnya seorang ikhwan yang benar tidak bisa tidak kecuali dia harus menjadi murabbi/naqib”

Kaidah fiqih mengatakan: ”Jika untuk mewujudkan sesuatu yang wajib dibutuhkan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib.” Dan takwinul ummah adalah wajib, karena itu cara mewujudkannya juga wajib. (QS. Ali Imran : 79).

3. Tercapainya pengembangan potensi
Yaitu potensi umum dan potensi khusus.

Manfaat Halaqah yang produktif:

1. Akselerasi peningkatan kualitas jamaah atau ummat.
2. Umat akan memiliki para pelopor yang tangguh untuk membawa umat keluar dari keterpurukannya.
3. Masa depan Islam akan cerah karena umat telah memiliki kader-kader yang produktif dan ’haus’ akan kemajuan menuju ridho Allah SWT.

Sebab-sebab tidak produktivitasnya halaqah:

INTERNAL

1. Tidak memahami tujuan
2. Terlena dengan proses
3. Kurangnya semangat bersaing (QS. Al Baqarah: 148)
4. Percaya dengan ’takdir’ yang salah.

EKSTERNAL

1. Kurangnya motivasi
2. Kurangnya penjelasan tujuan

Tahap-tahap Tidak Produktifnya Halaqah

1. Tidak jelasnya tujuan
2. Terjebak dengan tujuan ’palsu’
3. Disorientasi
4. Stagnan

Peran Murabbi dalam meningkatkan produktivitas halaqah:

1. Sebagai motivator
2. Sebagai koordinator
3. Sebagai evaluator


V. Keseimbangan Dinamisasi dan Produktivitas Halaqah

Bahaya Hanya Berorientasi pada Dinamisasi:

1. Lambat mencapai tujuan
2. Mengabaikan prioritas
3. Keberhasilan semu
4. Fanatisme/figuritas

Bahaya Hanya Berorientasi Pada Produktivitas:

1. Kejenuhan yang Kronis
2. Hilangnya antusiasme
3. Kehadiran yang tidak rutin
4. Keringnya iman dan lemahnya kontrol diri
5. Tumpulnya kreativitas
6. Lemahnya ikatan ukhuwah
7. Kalah bersaing
8. Prestasi yang tidak maksimal


VI. Rumus Meningkatkan Dinamisasi Halaqah

1. Rumus Dinamisasi Halaqah:

D = n(Pb) ( I + K + T )

Keterangan:

D = Dinamisasi
n(Pb) = Jumlah variasi perubahan
I = Keikhlasan
K = Keteladanan
T = Semangat mencapai Tujuan

2. Rumus Produktivitas Halaqah (dalam segitiga)

- Evaluasi
- Kemenangan kecil
- Tujuan

Formula Terjadinya Kejenuhan dalam Halaqah/Usroh:

J = n(Pt)/n(Pb) - ( I + K + T )

Keterangan:
J = Kejenuhan
n(Pt) = Jumlah Pertemuan
n(Pb) = Jumlah Variasi Perubahan
I = Keikhlasan
K = Keteladanan
T = Semangat mencapai Tujuan

Variasi perubahan tersebut dapat terjadi dalam :
1. Sistem belajar
2. Metode penyampaian
3. Media/alat belajar
4. Materi/madah
5. Agenda Acara
6. Waktu pertemuan
7. Tempat pertemuan
8. Komposisi peserta

Kiat meningkatkan nilai n(Pb) adalah dengan kreativitas dalam sistem belajar, metode penyampaian, agenda acara, alat belajar, dll. Agar kreativitas menjadi kultur baru, maka Murabbi perlu melakukan :

1. Memberi motivasi terus menerus kepada peserta untuk meningkatkan kreativitas.
2. Melakukan kegiatan dalam halaqah yang dapat menambah keakraban dan keterbukaan.
3. Membuat suasana halaqah yang santai dan menyenangkan, tapi serius agar peserta berani menyampaikan ide-idenya.
4. Menghargai prakarsa dan kritik peserta serta tidak melulu melakukan kecaman atau celaan terhadap pendapat-pendapat mereka.


Bersambung....


(Sumber : Buku "Rahasia Kesuksesan Halaqah (Usroh), Kiat Menikmati Perjalanan Halaqah, Menghilangkan Kejenuhan dan Meningkatkan Produktivitas Usroh" by Satria Hadi Lubis. Dirangkum oleh DSP dan AW. 25 Mei 2006)
Readmore »»

Mengapa Harus Satu Juz Per Hari?


Hendaklah anda memiliki wirid harian membaca Al Qur-an minimal satu juz dan berusahalah sungguh-sungguh agar jangan sampai mengkhatamkannya melewati waktu satu bulan (Hasan Al-Banna)

Al Qur-an adalah sungguh sebuah kitab yang benar-benar luar biasa. Di dalamnya terdapat lautan hikmah dan pelajaran serta kebaikan untuk seluruh umat manusia tak terkecuali. Jika seseorang sedang melakukan perjalanan jauh, tentu saja ia akan membawa bekal yang cukup untuk perjalanannya. Begitu pula halnya dengan Al Qur-an, Allah menurunkan Al Qur-an sebagai bekal (tazwid) dalam perjalanan hidup manusia. Bekal adalah suatu persiapan, tanpa persiapan maka seseorang tentu akan kesulitan mengharungi perjalanan panjang yang cukup melelahkan ini.

Al Qur-an diturunkan bukan hanya untuk disia-siakan, atau sekedar menjadi pajangan yang berdebu di dalam rumah kita. Justru Al Qur-an diturunkan agar manusia mengambil pelajaran dari dalamnya dengan cara membaca, memaknai, bahkan menghafalnya, dan tentu saja yang terpenting setelah itu semua adalah mengamalkannya dalam kehidupan kita. Bagaimana mungkin kita mengaku sebagai seorang muslim sementara kitab sendiri saja tidak pernah dibaca atau disentuh. Bagaimana pula kehidupan seseorang yang jauh dengan Al Qur-an? Sesungguhnya menjauh dengan Al Qur-an akan membuat ruhani kita ringkih dan dapat melemahkan kita dalam menghadapi permasalahan hidup.

Allah di dalam Al Qur-an telah memberi jaminan dan anugerah bagi mereka yang selalu membaca Al Qur-an :

”Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Faathir : 29)

Keislaman kita hendaknya mampu membentuk komitmen dalam tilawah, lebih dari sekedar membaca, melainkan membentuk moralitas ta`abbud kepada Allah sehingga menjadi sebuah proses tazwid yang berkesinambungan. Bagaimana jika proses tazwid ini tertinggal selama sepekan, dua pekan, atau bahkan lebih? Ibarat seorang atlet olahraga yang akan menghadapi kejuaraan besar. Ketika ia tidak melakukan latihan secara berkesinambungan, maka otot-ototnya akan tegang dan ketika kejuaraan dimulai, bisa jadi ia harus melakukan pemanasan yang lebih dari biasanya dan kemudian ia akan kewalahan menghadapi kejuaraan itu, karena apa? Karena persiapan yang ia lakukan tidaklah matang dan terburu-buru.

Tarbiyah adalah proses perjalanan beribu-ribu mil jauhnya. Entah berapa langkah yang sudah kita lewati saat ini. Membina diri dengan Al Qur-an adalah suatu keniscayaan, karena sumber kebenaran itu ada pada Al Qur-an. Lalu mengapa harus satu juz perhari? Kita harus serius dengan tilawah satu juz perhari karena itu merupakan mentalitas `ubudiyah, disiplin, dan akan menambah tsaqofah (wawasan). Apalagi jika kita berkomitmen untuk menegakkan islam di bumi Allah ini, maka hendaknya kita menjadi batu-bata yang kokoh dalam bangunan islam. Sejarah mencatat bahwa para salafush shalih menyikapi apa yang disabdakan Rasulullah saw, “Bacalah Al Qur-an dalam satu bulan!” sebagai sesuatu yang minimal. Subhanallah, bayangkan saja para salafush shalih, sahabat maupun sahabiyah yang kita tahu tingkat kualitas diri mereka yang sungguh luar biasa malah kemudian menjadikan satu juz itu sebagai target minimal dalam satu hari. Sementara kita saat ini, sebagian besar menganggap satu juz itu sebagai target maksimal dalam satu hari. Jika demikian, bagaimana mungkin kita dapat mengulangi kesuksesan para sahabat dalam membangun islam ini?

Jika tarbiyah qur`aniyah kita telah matang, kita pasti akan dapat merasakan bahwa sentuhan tarbawi surat Al-Baqarah berbeda dengan Ali-Imran. Begitu pula dengan surat-surat yang lainnya. Boleh jadi ketika seseorang sedang membaca surat An-Nisa, ia merindukan surat Al-Ma`idah. Itulah suasana tarbiyah yang belum kita rasakan dan harus dengan serius kita bangun dalam diri kita. Sungguh, Al Qur-an adalah sarana tarbiyah terbaik bagi diri dan kehidupan kita, sarana membina diri, karena di dalamnya ketika lembar demi lembar kita buka dan kita baca sekaligus kita maknai, maka kita akan merasakan suatu keunikan tersendiri dari Al Qur-an. Itulah mengapa dikatakan Al Qur-an adalah sebuah kitab yang luar biasa karena ia adalah perkataan Allah yang dipenuhi oleh berbagai hal yang luar biasa. [AR]

Maraji` : Tarbiyah Syakhsiyah Qur`aniyah, Abdul Azis Abdur Rouf, LC
Readmore »»

PKS, Nasibmu kini..


Bismillahirrahmanirrahim…

Kita berbicara tentang sebuah partai politik di Indonesia kali ini, bukan partai demokrat sang pemenang pemilu 2009 atau pun Golkar pemenang pemilu 2004 atau PDIP pemenang pemilu tahun 1999, partai ini belum pernah menjadi pemenang pemilu, prestasi terbaiknya “hanya” menduduki peringkat ke 4 di pemilu 2009 dan “gagal total” dalam target pencapaian nya yang ingin meraup 20 Juta suara di Pemilu 2009.

Namanya Partai Keadilan Sejahtera yang biasa di singkat dengan PKS, partai yang didirikan di Jakarta pada hari Sabtu, tanggal 9 Jumadil ‘Ula 1423 bertepatan dengan 20 April 2002, adalah
kelanjutan Partai Keadilan yang didirikan di Jakarta pada hari Senin, tanggal 26 Rabi’ul Awwal 1419 bertepatan dengan 20 Juli 1998.

Partai yang sudah melahirkan banyak nama yang memenuhi belantika politik Indonesia seperti Nurmahmudi Ismail ( mantan menteri kehutanan dan sekarang waikota depok), Hidayat Nurwahid (mantan ketua MPR)Tifatul Sembiring (Menkominfo), Gatot Pudjo Nugroho (Plt.Gubernur Sumatera Utara), Ahmad Heryawan ( Gubernur Jawa Barat), Irwan Prayitno (Gubernur Sumatera Barat), Sa’adudin (Bupati Bekasi) dll, Partai ini pun banyak menghasilkan para politisi muda yang tak kalah cerdas dari para seniornya, sebut saja Anis Matta, Fahri Hamzah, Andi Rahmat, Mahfudz Sidiq, Nasir Djamil, Mustafa Kamal, serta barisan para wanita nya yang tak kalah hebat seperti Yoyoh Yusroh, Nursanita Naustion, Ledya Hanifa serta lain nya. Bukan di bidang politik saja, mereka pun banyak menelurkan para sastrawan hebat seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, M.Yulius dan lain2

Tapi bukan kehebatan nya yang akan kita bicarakan saat ini, karena nasib PKS saat ini begitu “memprihatinkan”, lihat saja beberapa hari lalu mereka di kejutkan dengan manuver dari mantan pendiri mereka sendiri, sang Presiden PKS di katakan sebagai mantan Mujahidin di Afghanistan yang membuat para pemilih PKS yang tidak terlalu “ekstrem” dalam masalah jihad
memikirkan ulang untuk memilih PKS karena takutnya PKS punya “hidden Agenda” untuk Indonesia, lalu sang Presiden di laporkan ke BK karena menerima uang dari Jusuf Kalla yang sudah di bantah JK sendiri, dan sang pelapor tidak membawa bukti apa2 selain “katanya”, lalu sekjen nya di laporkan ke KPK terkait penggelapan dana yang sudah di clearkan juga karena jumlah nya berbeda dengan yang di audit KPUD DKI kala itu, belum lagi masalah 3 petinggi nya yang poligami lalu laporan ke polisi tentang Presiden nya yang melakukan tindakan tidak menyenangkan (yang laporan nya di tolak polisi) terlihat bahwa memang PKS saat ini sedang memprihatinkan.

Lihat saja, mana ada liputan tentang pekerjaan para kadernya di tingkat grassroot, adakah liputan tentang Forsitma (Forum Silaturahmi Majelis Ta’lim) atau liputan bahwa kader2 partainya selalu mengadakan bakti sosial di tiap 2 bulan nya?? Tidak ada, yang ada paling hanya
cibiran bahwa mendekati majelis ta’lim karena ingin suara, “mengadakan baksoskok pake cerita2 itu riya nama nya” apalgi yang dibutuhkan masyarakat sekarang bukan ikan tapi pancing, baksos Cuma buat masyarakat jadi manja tidak mau bekerja, semua ini PKS lah penyebab nya!!!

Ketika RATUSAN RIBU kadernya turun ke jalan untuk menyuarakan keadilan untuk sesama di belahan bumi lain nya, media pun melakukan korupsi berita, paling hanya di tulis ratusan atau ribuan, dan komentar yang akan muncul hanya “PKS selalu membuat sulit warga Jakarta dengan demo nya, buat macet aja!!!” semua ini PKS lah penyebab nya!!!

Tak pernah ada juga liputan tentang kader-kadernya yang berjasa, mereka lupa perda larangan merokok lahir dari para anggota DPRD dari PKS, kenaikan gaji PNS dan tunjangan Kinerja Daerah untuk PNS DKI pun lahir dari tangan2 mereka, yang ada hanya “larangan merokok melanggar hak manusia dan menaikkan tunjangan PNS hanya membuat sembako tambah melambung” semua ini PKS lah penyebab nya!!

Bukan hanya dari kalangan external, dari kalangan umat islam pun PKS seperti “pesakitan” mereka di anggap berdakwah dengan cara yang haram, demokrasi itu haram!!! Karena Mayoritas ulama mengatakan itu (yang ketika di tanyakan siapa saja ulama nya tidak pernah di jawab) padahal ini hanya masalah khilafiyah saja, PKS juga di anggap telah keluar dari ciri khas
dakwah mereka, semua nya sekarang berjas dan naik mobil mewah, “biasa nya tuh PKS jalan kaki, masak sekarang naik mobil , gak militan!!” Sudah keluar dari khittah nya, karena para petinggi nya sudah hubbuddunya (cinta dunia) maka para umat islam hari ini pun semkin banyak yang mengejar dunia, semakin banyak membuat usaha biar dapat penghasilan yang banyak… semua ini PKS lah penyebabnya!!!

Mereka pun sekarang serba salah, seperti cerita tentang poligami misalnya, ketika ada yang mengatakan bahwa poligami beberapa petinggi pks bermasalah, maka semua mencaci…”astaghfirullah ustadz kok begitu, pada zina semua” tapi ketika di tegaskan tidak ada yang bermasalah, karena PKS tidak melarang poligami semua mencaci juga “ustadz gatell doyan nya kawin doang”

Ketika berita keburukan mereka ada di suatu media, lihatlah link2 lain nya tentang berita itu, banyak sekali ada puluhan yang jika kita buka satu persatu inti pemberitaan nya sama, Cuma judulnya saja, media sedang menggiring pembaca mau baca berita yang mana saja, media sedang menghidangkan para pembaca judul yang berbeda, terserah mau baca yang mana
intinya PKS buruk citra nya.,

Kalian pasti pernah dengan berita bahwa anggota dewan PKS tertanggap maen judi kan?? Pasti, karena itu semua ada di media, tapi pernah tau kan kalian bahwa anggota dewan nya sudah di pecat?? Tahukah bahwa anggota dewan nya dari unsur eksternal PKS? Yang di rangkul untuk memastikan bawah PKS memang sudah terbuka?? Hhmm sepertinya itu bukan berita yang bagus buat media, kecuali beberapa saja. karena Bad news tentang PKS adalah Good News
untuk media.

Sekarang posisi mereka serba salah, ketika era tanzhimi dulu kader PKS di katakan eksklusif, tidak membaur dan ini tidak akan memuluskan dakwah nya, karena islam itu rahmatan lil alamin tidak tersekat semua harus bisa menerima manfaat dari islam, karena islam bukan hanya untuk kader saja tapi untuk seluruh lapisan masyarakat, tapi ketika PKS memproklamasikan bahwa mereka menjadi partai terbuka, siapa saja boleh jadi anggota nya (bukan kader) mereka pun di caci, menghalalkan segala cara untuk dapat suara, berteman dengan kafir bahkan ada yang mengatakan semua nya akan masuk neraka (kayak neraka punya dia aja)

PKS oh PKS kasihan sekali nasib kalian, apapun yang kalian lakukan akan ada penentang nya, mending mundur sajalah ,bubarkan partai nya kan enak tidak perlu mendengar cibiran banyak orang? Iya kan? Jangan nekat deh PKS… ada bom buku di utan kayu aja kalian kena getahnya, jangan jangan ketika misalkan kader kalian menjadi presiden suatu saat nanti akan ada kudeta berdarah dari masyarakat, karena kalian tidak pernah di suka…

Tapi ya kalo kalian tetap nekat, tetap kuat dengan cibiran semua pihak, tetap kokoh strukturnya, tetap membaca qur’an walau buat acara di hotel, tetap membina ribuan halaqoh yang di dalam nya membicarakan kebaikan saja, tetap banyak mendirikan SDIT dan pesantren2 tahfidz, tetap kuat bekerja di grasroot, membina majelis ta’lim, membina pengajian kantoran, pengajiaan karang taruna, membina banyak majelis ta’lim membina rohis-rohis sekolah dan
LDK kampus tanpa pengharusan untuk memilih PKS di pemilu nantinya… ya sudah saya tidak bisa banyak berkata- kata, kau teruskan saja apa yang selama ini sudah kau lakukan wahai PKS dan ijinkan aku ada di dalam barisan kalian, seraya meneriakkan takbir dan berkata “bekerja untuk Indonesia adalah ibadah”
(sumber: dari Milis sebelah)
Readmore »»

Presiden Turki Bertemu Mursyid Am IM, Ucapkan Selamat Kepada Rakyat Mesir


6/3/2011 | 01 Rabiuts Tsani 1432 H | Hits: 2.858
Oleh: Tim dakwatuna.com dakwatuna.com – Cairo, Syaikh Dr Muhammad Badi’ pemimpin delegasi dari kelompok Ikhwanul Muslimin menghadiri undangan acara makan siang yang diadakan siang hari tadi waktu setempat, atas undangan Presiden Turki Abdullah Gul, untuk merayakan keberhasilan revolusi Mesir, rumah duta besar Turki di Kairo,

Turut mendampingi dari Ikhwanul Muslimin, Dr Mohammed Morsi, Dr Essam el-Erian keduanya anggota Majelis Syuro dan Jubir resmi Ikhwanul Muslimin. Dalam jamuan makan siang itu, hadir hadir juga sejumlah politisi dan tokoh partai nasional Mesir.

Delegasi tersebut termasuk kekuatan nasional, Ketua Partai Al-Wafd Sayyid Dr. Aiman Noor, Ketua Partai Ghad, dan George Ishaq, dan Ahmed Bahauddien anggota Sekretariat Majelis Nasional untuk perubahan, dan Osama Farid Abdel-Khalek. Sedangkan dari Turki dihadiri juga oleh Menteri Luar Negeri Ahmed Dauod Ughlu.

Presiden Turki, menyampaikan ucapan selamat secara tulus kepada rakyat Mesir atas keberhasilan revolusi damai negeri itu, beliau juga menyinggung apa yang diungkapkan oleh Dr. Muhammad Badi’ bahwa ini adalah perubahan besar ini merupakan wujud dari jihad kecil ke jihad yang lebih besar, Karena pasca reformasi ini memerlukan upaya kematangan, kebebasan, demokrasi dan membangun kekuatan Pertumbuhan Ekonomi. ”

Sementara itu, Dr Badi’ menyambut hangat kehadiran Presiden Turki di tanah Mesir, dan berharap untuk dapat meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara Mesir dan Turki. (io/ut)
Readmore »»

Senin, 28 Maret 2011

Lebih dari 200 ribu Kader PKS Gelar Munashoroh Timur Tengah


Islamedia.web.id - Lebih dari 200 ribu kader dan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar aksi kepedulian terhadap masyarakat sipil yang menjadi korban krisis politik dan konflik bersenjata Timur Tengah di Taman Monumen Nasional, Jakarta, Ahad (27/3/2011). PKS meminta Pemerintah Indonesia mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi demi mengakhiri krisis di Timur Tengah seperti di Libya, Yaman, Bahrain, dan Palestina.

"Yang terjadi di Libya, intervensi negara-negara asing. Mereka menunggangi resolusi Dewan Keamanan PBB untuk melindungi sipil dari pesawat Libya. Tapi, yang terjadi justru korban serangan adalah masyarakat sipil," ujar politisi senior PKS, Hidayat Nur Wahid, di Monas, Jakarta, Ahad.

Berdasarkan pengamatan islamedia, ratusan ribu kader dan simpatisan PKS tersebut membawa bendera-bendera PKS atau bendera Palestina yang bertuliskan kalimat "Save Palestine" serta tulisan yang berisi kecaman terhadap aksi kekerasan. Baik perempuan maupun laki-laki tampak berkumpul di depan panggung orasi di tengah teriknya matahari Ahad siang yang kemudian menjadi teduh. Sejumlah kader juga tampak mengumpulkan sumbangan untuk krisis Timur Tengah.. Mereka membawa kantong-kantong cukup besar berwarna biru bergambar bendera PKS dan Palestina memutari taman Monas.

Selain itu, sejumlah petugas Pandu Keadilan tampak mengamankan panggung aksi keadilan ini. Sejumlah tokoh hadir antara lain : Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Ketua DPW PKS Jakarta Selamat Nurdin, Ketua MPP PKS Jakarta Triwisaksana, Ketua DPW Jabar Tate Qomaruddin, Yoyoh Yusroh, Ketua Salimah Nurul Hidayati. Hadir pula politisi senior seperti Wakil Ketua DPD Laode Ida dan Sabam Sirait berencana hadir. Sejumlah tokoh lintas agama pun turut memeriahkan aksi. Di antaranya, hadir Ketua Wali Gereja Injil Indonesia Nus Riemas.

Seperti diberitakan, Amerika Serikat dan sekutunya mulai melancarkan serangan ke Libya pasca dikeluarkannya resolusi PBB yang menghalalkan segala cara untuk menghentikan krisis politik di negara kaya minyak itu. Alih-alih melindungi warga sipil dari rezim Presiden Libya, Moammar Khadafy, serangan sekutu justru menimbulkan banyak korban masyarakat sipil. "Pembunuhan, no! Pembantaian, no!" teriak para kader PKS.

Berikut lebih jelas suasana aksi Munashoroh yang membuktikan bahwa PKS akan selalu menolak segala jenis kekerasan dengan alasan apapun. PKS juga memberitahukan kepada publik Indonesia untuk selalu menjadi garda terdepan dalam melawan segala bentuk kedzaliman yang dapat merugikan kemashlahatan umat yang lebih luas.















Readmore »»

Jumat, 25 Maret 2011

Sikap Resmi PKS Atas Tuduhan Mantan Kader

Jumat, 18 Maret 2011.Diposkan oleh admin di 07:51

Berikut penjelasan ust.

Mahfudz Siddiq:

-Sehubungan banyak yang meminta PKS memberi penjelasan soal #Yusuf Supendi, maka kami nyatakan bahwa yang bersangkutan (Ybs) saat ini tidak lagi anggota/kader PKS.

-Ybs diberhentikan melalui SK DPP No 115/skep/dpp-pks/1430 tgl 29 okt 2009, setelah melalui proses di DSP dan BPDO.

-DSP adl Dewan Syariah Pusat yg saat itu berfungsi sbg Mahkamah Syariah. DSP adl lembaga tinggi partai selain DPP dan MPP.

-BPDO adl Badan Penegak Disiplin Organisasi, organ DPP untuk penegakan AD/ART PKS thd kader/anggotanya.

-Proses di DSP dan BPDO thd Yusuf Supendi mengikuti mekanisme dan prosedur baku, oleh pimpinan dan anggota-anggota secara kolektif.

-Keputusan pemberhentian dari keanggotaan partai hanya untuk kasus pelanggaran berat, setelah sebelumnya melewati peringatan 1 dan 2.

-Dengan keputusan pemberhentian tsb, maka sejak tgl 29 okt 2009, PKS secara institusi tdk lagi terikat hak dan kewajiban dgn Ybs.

-Untuk menjaga kehormatan ybs, PKS tidak akan menjelaskan perkara yang menyebabkan Yusuf Supendi diberhentikan.

-Penjelasan atas perkara ybs hanya disosialisasikan terbatas. Tidak untuk seluruh kader apalagi publik.

-Dalam proses di DSP dan BPDO juga diproses semua aduan-aduan Ybs, seperti yg sekarang diangkat ke media dan publik.

-Jadi ketika Ybs sekarang membuka masalahnya ke publik, silakan ybs sendiri mengklarifikasi kebenarannya.

-Jadi harap dimaklumi jika kami tidak akan banyak komentari urusan ini. Kami akan berusaha keras menjaga kehormatan dan menutup aib saudara kami sendiri, yg lama telah berkiprah di PKS.

Salam ta'zim.

*posted: pkspiyungan.blogspot.com
Readmore »»

Menyerang Qiyadah Melumpuhkan Dakwah

Diposkan oleh admin di 10:25


Muhammad Abdullah Al Khatib*
...
Wahai Ikhwan, karena dakwah kalian merupakan kekuatan besar melawan kedzoliman, maka wajar kalau mereka mengerahkan segala senjata dan kemampuan untuk menghadapi dakwah kalian, bahkan tidak ada satu pun cara kecuali mereka manfaatkan untuk memerangi dan memberangus dakwah kalian.

Cara paling berbahaya yang digunakan oleh musuh yang licik adalah upaya menimbulkan friksi internal di dalam dakwah, sehingga mereka dapat memenangkan pertarungan karena kekuatan dakwah melemah akibat terpecah belah. Dan hal yang paling efektif menimbulkan friksi internal dalam dakwah adalah hilangnya tsiqah antara prajurit dan pimpinan. Sebab bila prajurit sudah tidak memiliki sikap tsiqah pada pimpinannnya, maka makna ketaatan akan segera hilang dari jiwa mereka. Bila ketaatan sudah hilang, maka tidak mungkin ada eksistensi kepemimpinan dan karenanya pula tidak mungkin jamaah dapat eksis.

Oleh karena itulah, maka Imam Asy-Syahid menekankan rukun tsiqah dalam Risalah At-Ta'alim dan menjadikannya sebagai salah satu rukun bai'at. Imam Asy-Syahid juga menjelaskan urgensi rukun ini dalam menjaga soliditas dan kesatuan jamaah, ia mengatakan:

"...Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah – yang timbal balik - antara pimpinan dan yang dipimpin menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan. "Ta'at dan mengucapkan perkataan yang baik adalah lebih baik bagi mereka" (QS 47:21). Dan tsiqah terhadap pimpinan merupakan segala-galanya bagi keberhasilan dakwah."

Kita tidak mensyaratkan bahwa yang berhak mendapat tsiqah kita adalah pemimpin yang berkapasitas sebagai orang yang paling kuat, paling bertakwa, paling mengerti, dan paling fasih dalam berbicara. Syarat seperti ini sangat sulit dipenuhi, bahkan hampir tidak terpenuhi sepeninggal Rasulullah saw. Cukuplah seorang pemimpin itu, seseorang yang dianggap mampu oleh saudara-saudaranya untuk memikui amanah (kepemimpinan) yang berat ini. Kemudian apabila ada seorang ikhwah (saudara) yang merasa bahwa dirinya atau mengetahui orang lain memiliki kemampuan dan bakat yang tidak dimiliki oleh pimpinannya, maka hendaklah ia mendermakan kemampuan dan bakat tersebut untuk dipergunakan oleh pimpinan, agar dapat membantu tugas-tugas kepemimpinannya bukan menjadi pesaing bagi pimpinan dan jamaahnya.

Saudaraku, mungkin anda masih ingat dialog yang terjadi antara Abu Bakar ra dan Umar ra sepeninggal Rasulullah saw.

Umar berkata kepada Abu Bakar, 'Ulurkanlah tanganmu, aku akan membai'atmu.'
Abu Bakar berkata, 'Akulah yang membai'atmu.'
Umar berkata, 'Kamu lebih utama dariku.'
Abu Bakar berkata, 'Kamu lebih kuat dariku.'

Setelah itu Umar ra berkata, 'Kekuatanku kupersembahkan untukmu karena keutamaanmu.'
Umar pun terbukti benar-benar menjadikan kekuatannya sebagai pendukung Abu Bakar sebagai kholifah.

Tatkala seseorang bertanya kepada Imam Asy-Syahid, 'Bagaimana bila suatu kondisi menghalangi kebersamaan anda dengan kami? Menurut anda siapakah orang yang akan kami angkat sebagai pemimpin kami?'

Imam Asy-Syahid menjawab, 'Wahai ikhwan, angkatlah menjadi pemimpin orang yang paling lemah di antara kalian. Kemudian dengarlah dan taatilah dia. Dengan (bantuan) kalian, ia akan menjadi orang yang paling kuat di antara kalian.’

‘Wahai Ikhwan, mungkin anda masih ingat perselisihan yang terjadi antara Abu Bakar dan Umar dalam menyikapi orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat. Sebagian besar sahabat berpendapat seperti pendapat Umar, yaitu tidak memerangi mereka. Meski demikian tatkala Umar mengetahui bahwa Abu Bakar bersikeras untuk memerangi mereka, maka ia mengucapkan kata-katanya yang terkenal, yang menggambarkan ketsiqahan yang sempurna, 'Demi Allah, tiada lain yang aku pahami kecuali bahwa Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi mereka, maka aku tahu bahwa dialah yang benar.'

Andai Umar ra tidak memiliki ketsiqahan dan ketaatan yang sempurna, maka jiwanya akan dapat memperdayakannya, bahwa dialah pihak yang benar, apalagi ia telah mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Allah swt telah menjadikan al haq (kebenaran) pada lisan dan hati Umar.'

Alangkah butuhnya kita pada sikap seperti Umar ra tersebut, saat terjadi perbedaan pendapat di antara kita, terutama untuk ukuran model kita yang tidak mendengar Rasululiah saw memberikan rekomendasi kepada salah seorang di antara kita, bahwa kebenaran itu pada lisan atau hatinya.

Mengingat sangat pentingnya ketsiqahan terhadap fikrah dan ketetapan pimpinan, maka musuh-musuh Islam berusaha sekuat tenaga untuk menimbulkan keragu-raguan pada Islam, jamaah, manhaj jamaah, dan pimpinannya. Betapa banyak serangan yang dilancarkan untuk melaksanakan misi tersebut.

Oleh karena itu, seorang akh jangan sampai terpengaruh oleh serangan-serangan tersebut. Ia harus yakin bahwa agamanya adalah agama yang haq yang diterima Allah swt. Ia harus yakin bahwa Islam adalah manhaj yang sempurna bagi seluruh urusan dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Ia harus tetap tsiqah bahwa jamaahnya berada di jalan yang benar dan selalu memperhatikan Al Quran dan Sunah dalam setiap langkah dan sarananya. Ia harus tetap tsiqah bahwa pimpinannya selalu bercermin pada langkah Rasulullah saw serta para sahabatnya dan selalu tunduk kepada syariat Allah dalam menangani persoalan yang muncul saat beraktivitas serta selalu memperhatikan kemaslahatan dakwah.

Kami mengingatkan, bahwa terkadang sebagian surat kabar atau media massa lainnya mengutip pembicaraan atau pendapat yang dilakukan pada pimpinan jamaah, dengan tujuan untuk menimbulkan keragu-raguan, menggoncangkan kepercayaan, dan menciptakan ketidakstabilan di dalam tubuh jamaah. Oleh karena itu, seorang akh muslim tidak diperbolehkan menyimpulkan suatu hukum berdasarkan apa yang dibaca dalam media massa, tidak boleh melunturkan tsiqahnya, dan tidak boleh menyebarkannya atas dasar pembenaran. Ia harus melakukan tabayyun terlebih dahulu.

Allah swt menegur segolongan orang yang melakukan kesalahan dengan firman-Nya,
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka serta merta menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja di antaramu.” (QS 4:83).


*Dikutip dari Kitab Nadzharat Fii Risalah at-Ta'alim (Bab Ats-Tsiqoh) terbitan Asy-Syaamil.

*posted: pkspiyungan.blogspot.com
Readmore »»