Minggu, 11 Maret 2012

Tafsir Surat ‘Abasa, Bagian ke-1: Mukadimah

Tafsir Ayat
Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

۞ عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ ﴿١﴾ أَن جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ ﴿٢﴾ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ ﴿٣﴾ أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ الذِّكْرَىٰ ﴿٤﴾ أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ ﴿٥﴾ فَأَنتَ لَهُ تَصَدَّىٰ ﴿٦﴾ وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ ﴿٧﴾ وَأَمَّا مَن جَاءَكَ يَسْعَىٰ ﴿٨﴾ وَهُوَ يَخْشَىٰ ﴿٩﴾ فَأَنتَ عَنْهُ تَلَهَّىٰ ﴿١٠﴾ كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ ﴿١١﴾ فَمَن شَاءَ ذَكَرَهُ ﴿١٢﴾ فِي صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ ﴿١٣﴾ مَّرْفُوعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ ﴿١٤﴾ بِأَيْدِي سَفَرَةٍ ﴿١٥﴾ كِرَامٍ بَرَرَةٍ ﴿١٦﴾ قُتِلَ الْإِنسَانُ مَا أَكْفَرَهُ ﴿١٧﴾ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ﴿١٨﴾ مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ ﴿١٩﴾ ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ ﴿٢٠﴾ ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ ﴿٢١﴾ ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنشَرَهُ ﴿٢٢﴾ كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ ﴿٢٣﴾ فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ ﴿٢٤﴾ أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا ﴿٢٥﴾ ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا ﴿٢٦﴾ فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبًّا ﴿٢٧﴾ وَعِنَبًا وَقَضْبًا ﴿٢٨﴾ وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا ﴿٢٩﴾ وَحَدَائِقَ غُلْبًا ﴿٣٠﴾ وَفَاكِهَةً وَأَبًّا ﴿٣١﴾ مَّتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ ﴿٣٢﴾ فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ ﴿٣٣﴾ يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ﴿٣٤﴾ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ﴿٣٥﴾ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ ﴿٣٧﴾ وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ ﴿٣٨﴾ ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ ﴿٣٩﴾ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ ﴿٤٠﴾ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ ﴿٤١﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ ﴿٤٢﴾

Artinya:

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
Karena telah datang seorang buta kepadanya.
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
Maka kamu melayaninya.
Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
Sedang ia takut kepada (Allah).
Maka kamu mengabaikannya.
Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,
Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,
Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan,
Yang ditinggikan lagi disucikan,
Di tangan para penulis (malaikat),
Yang mulia lagi berbakti.
Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya?
Dari apakah Allah menciptakannya?
Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.
Kemudian dia memudahkan jalannya.
Kemudian dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,
Kemudian bila dia menghendaki, dia membangkitkannya kembali.
Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya,
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
Sesungguhnya kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit),
Kemudian kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,
Lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,
Anggur dan sayur-sayuran,
Zaitun dan kurma,
Kebun-kebun (yang) lebat,
Dan buah-buahan serta rumput-rumputan,
Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),
Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
Dari ibu dan bapaknya,
Dari istri dan anak-anaknya.
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.
Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
Tertawa dan bergembira ria,
Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,
Dan ditutup lagi oleh kegelapan.
Mereka Itulah orang-orang kafir lagi durhaka.



Ringkasan Kandungan surat

Teguran Allah atas Rasulullah ketika mengacuhkan Ibnu Ummi Maktub seorang laki-laki buta
Memberikan perbaikan/solusi terhadap orang kafir
mengingatkan : Sumber keberadaannya, Asal penciptaannya, Kemudahan hidupnya, Siapa yang mematikan dan menghidupkannya
memperingatkan : Tidak melaksanakan kewajibannya
Mengingatkan hati manusia dengan orang yang datang membawa makanan sebagai kebutuhannya
Peristiwa kiamat (Ash-shokhoh)



Mukadimah

dakwatuna.com - Surah ini memiliki sekat-sekat yang kuat, hakikat-hakikat yang besar, sentuhan-sentuhan yang men­dalam, serta unik lukisan-lukisan, bayangan-bayang­an, dan isyarat isyaratnya. Juga memberikan kesan kejiwaan dan musikal yang sama.

Segmen pertama memecahkan suatu peristiwa tertentu yang terjadi dalam sirah (perjalanan hidup) Rasulullah saw. Yaitu, ketika beliau sedang sibuk mengurusi segolongan pembesar Quraisy yang beliau seru kepada Islam, maka beliau didatangi Ibnu Ummi Maktum, seorang laki-laki tunanetra yang miskin. Karena tidak mengetahui Rasulullah saw. sedang sibuk mengurusi kaum Quraisy itu, maka ia tetap meminta kepada beliau agar mengajarkan kepadanya apa yang telah diajarkan Allah kepada beliau. Sehingga, Rasulullah saw. merasa tidak se­nang atas kedatangan Ibnu Ummi Maktum, lalu beliau bermuka masam dan berpaling darinya.

Maka, turunlah ayat-ayat Al-Qur’an pada per­mulaan surah ini yang mencela sikap Rasulullah saw. itu dengan sangat keras. Ayat-ayat itu juga menetap­kan hakikat nilai yang sebenarnya dalam kehidupan jamaah Islam dengan menggunakan metode yang pasti, sebagaimana segmen ini juga menetapkan hakikat dakwah dan tabiatnya. Mengenai hal ini dapat dilihat pada surah ‘Abasa ayat 1-16.

Segmen kedua mengobati keingkaran manusia dan kekafirannya yang amat buruk kepada Tuhannya. Diingatkan-Nya dia akan sumber keberadaannya dan asal-usul kejadiannya, dimudahkan-Nya ke­hidupannya, dan diberitahukan tindakan Tuhannya di dalam mematikan dan menghidupkannya kem­bali. Namun, sesudah itu dia masih bandel juga, se­bagaimana tercantum dalam surah ‘Abasa ayat 17-23.

Segmen ketiga mengarahkan hati manusia kepada sesuatu yang sangat erat sentuhannya dengan diri­nya. Yaitu, makanannya dan makanan binatang-­binatang ternaknya, dan apa yang ada di belakang makanan itu yang berupa pengaturan dan penentuan Allah kepadanya, seperti pengaturan dan penentuan serta penataannya terhadap kejadian dirinya. Hal ini terlihat pada surah ‘Abasa ayat 24-32.

Sedangkan, segmen keempat atau terakhir meng­informasikan “ash-shaakhkhah” ‘suara yang meme­kakkan’ yang datang pada harinya dengan segala sesuatunya yang mengerikan, yang sudah tampak dari lafalnya, sebagaimana tampak bekas-bekasnya di dalam hati manusia yang kebingungan karena peristiwanya yang luar biasa juga pada wajah-wajah mereka karena dahsyatnya peristiwa ini, sebagai­mana tercantum dalam surah ‘Abasa ayat 33-42.

Pemaparan segmen-segmen surah ini dan ayat-ayatnya, secara sepintas kilas seperti ini, menimbul­kan kesan dan pengaruh yang sangat kuat dan men­dalam, dengan sentuhan-sentuhannya di dalam hati.

Kami akan berusaha mengungkap beberapa sisi­nya dengan jangkauan yang jauh. Jangkauan yang diisyaratkan oleh sebagian segmennya yang kadang­-kadang tidak terungkapkan dalam paparan terdahulu.

– Bersambung

(hdn)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/07/13156/tafsir-surat-abasa-bagian-ke-1-mukadimah/#ixzz1orlVpB5F

Tidak ada komentar: