Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 22-11-2011
Penerjemah:
Abu ANaS MA
__________
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat dan salam atas Rasulullah saw dan orang-orang yang mendukungnya, selanjutnya..
Kebangkitan Umat dan Kesatuan Generasi Umatnya
Persatuan umat dan bangsa merupakan batu bata pertama dan titik tolak akan kebangkitan yang hakiki. seperti firman Allah:
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku”. (Al-Mu’minun:52)
Sebagaimana kebangkitan setiap umat atau bangsa selalu berada pada kesatuan anak bangsanya meskipun terdapat di dalamnya keragaman jenis dan warna kulit, secara khusus mereka harus berusaha untuk bekerja sama dan saling bergotong royong demi pembangunan negeri dan kemajuannya. Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. (Ali Imran:103)
Dan kesucian darah, kehormatan dan harta, dan diberlakukannya qishash bagi siapa yang melakukan pelanggaran dan kejahatan terhadap merupakan keniscayaan, karena itu Allah berfirman:
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الألْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. (Al-Baqarah:179)
Karena itu pula, akan terdapat banyak halangan dan rintangan yang dihadapi umat ini, dikepung oleh kekuatan jahat yang ingin melemahkan potensinya, menghalangi realisasi kebangkitannya sehingga dapat menikmati hidup dengan penuh kehormatan, kemuliaan dan kesejahteraan, yang mana hal tersebut merupakan hak alami dan pundamental dalam meniti kehidupan di dunia ini.
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui”. (Al-A’raf:32)
Ayat diatas memperlihatkan kepada kita tentang masa yang akan berlalu hari demi hari, seakan dia berkata: Bahwa kebangkitan telah Allah jadikan di muka bumi ini kepada hamba-hamba-Nya yang memiliki semangat dan aktif, kerja keras dan memiliki kesadaran yang tinggi, dengan iman mampu memuliakan kedudukannya pada hari kiamat nanti jika dilakukan dengan penuh keikhlasan, memberikan keistimewaan dan perbedaan dari yang lain. Karena itu apakah setelah adanya janji Rabbani ini kita lewatkan peluang kebangkitan begitu saja, memberikannya kepada selain kita dalam menentukan kehendak tempat kembali dan masa depan kita?!
Kita adalah satu-satunya umat yang ditakdirkan membawa kebaikan, telah diciptakan untuk membawa misi kebaikan; diawali dengan memberikan kebaikan kepada seluruh umat manusia, sebagaimana Allah berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran:110)
Karena itu, mempersiapkan umat untuk mengemban risalah Islam harus didahului dengan melakukan perbaikan dan perubahan, lalu setelah itu, menggunakan berbagai pilar-pilar kebangkitan yang akan membuat pilihannya benar dan tujuannya tepat, yaitu meraih kebebasan dan kemuliaannya, kekuatan dan kebangkitannya, dan kemakmurannya dalam kehidupan yang sejahtera dan adil pembangunannya.
Langkah pertama menuju kebangkitan
Rukun pertama kebangkitan -jika suatu bangsa menginginkan kehidupan yang mulia- adalah bersatunya kekuatan yang mumpuni, anak bangsa yang saling berpegang teguh pada kasatauan nasional, melebihi dari kemaslahatan pribadi dan jauh dari kepentingan sesaat, sehingga jika demikian adanya, maka niscaya mampu melegalisasikan langkah pertama menuju kebangkitan yang penuh optimis, kesejahteraan yang diidamkan, mewujudkan impian orang-orang yang tertindas, terzhalimi dan kaum lemah, menuju botol obat, bahtera penyelamat dan kehidupan yang mulia.
Kesehatan Umat terletak pada Norma-norma Akhlaknya
Bahwa persatuan yang diidamkan dan diimpikan oleh suatu umat tidaklah akan terwujud kecuali jika memiliki norma-norma akhlak yang mulia di seluruh aspek kehidupannya; terutama akhlak kebangkitan umat dalam rangka mengalahkan kediktatoran, kekerasan dan kezhaliman, sehingga mampu menjatuhkan rezim diktator yang batil, dan inilah yang kita diharapkan agar tidak hilang dalam kehidupan umat; akhlak yang moderat, realistis, mutawazin (seimbang) dan syamilah (komprehensip) sehingga mampu menyehatkan kehidupan umat, memberikan tenaga spiritual dalam rangka menghadapi berbagai tantangan, sungguh kita saat ini sangat membutuhkan hal tersebut. sebagaimana Nabi saw bersabda:
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”
Akhlak juga merupakan agama, sebagaimana nabi ketika ditanya tentang makna agama, maka beliau bersabda: “Akhlak yang baik”. (Muslim)
Karena itu, bahwa norma-norma akhlak dan nilai-nilai yang kokoh pada setiap kebangkitan, pada saat membutuhkan adanya jenis, waktu, tempat dan kualitas, dan pada saat nilai-nilai yang tidak bersumber dari yang lain kecuali dari wahyu Allah yang mampu memberikan perbaikan fitrah yang lurus dan memeliharanya seperti dalam firman Allah:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)
Lalu hilang dari kehidupan umat, maka akan terjadi kehancuran dan perpecahan di tengah anak bangsa, mereka akan saling betikai dan mengedepankan kepentingan masing-masing. Allah SWT berfriman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah:2)
Kewajiban Hari Ini
Diantara nilai-nilai yang dapat menyatukan umat dalam satu tubuh adalah kejujuran dan amanah, keduanyalah yang dapat melekatkan dalam kehidupan dan interaksi, perilaku dalam pergaulan dan dalam berbagai tingkatan umat; pemimpin dan rakyat, pemerintah dan bangsa, pejabat negara dan para pegawainya, cendekiawan dan wartawan, tentara dan polisi, keluarga dan masyarakat, umat Islam dan non muslim, karena kejujuran dan amanah merupakan dua sifat yang menjadi pokok utama dalam setiap risalah samawiyah, dan inilah yang dikenal dari sifat Nabi saw sebelum beliau diangkat menjadi seorang Rasul, mereka telah menjuluki nabi dengan orang yang jujur lagi amanah, dan ini pula yang menjadi pintu masuk akan keberhasilan dakwah beliau, terbukanya hati dan tersebarnya ideologi.
يذكر ابن هشام في سيرته: لما نزل قوله تعالى: (وأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ) ، جمع أهله وسألهم عن مدى تصديقهم له إذ أخبرهم بأمر من الأمور، فأجابوا بما عرفوا عنه قائلين: ما جربنا عليك إلا صدقًا، قال: فإني نذير لكم بين يدى عذاب أليم
Ibnu Hisyam dalam sirahnya pernah berkata: ketika Allah menurunkan ayat “Berikanlah peringatan kepada keluargamu yang terdekat” maka nabi mengumpulkan keluarganya dan bertanya kepada mereka akan tingkat kepercayaan mereka kepadanya jika diberitahukan sesuatu kepada mereka , maka mereka menjawab seperti yang dikenal dengan berkata: kami tidak mendapatkan darimu sedikitpun kecuali kejujuran. maka saat itu pula nabi berkata: “Sesungguhnya aku datang memberikan peringatan kepada kalian bahwa dihadapan saya ada azab yang pedih”.
Inilah kewajiban bagi setiap individu meskipun memiliki perbedaan orientasi dan kerja, begitupula kewajiban bagi setiap umat meskipun memiliki perbedaan partai dan aliran.
فعن عبد الله بن عمرو بن العاص أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: “أربع إذا كن فيك فلا عليك ما فاتك في الدنيا: حفظ أمانة، وصدق حديث، وحسن خليقة، وعفة في طعمة“
Dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwa Rasulullah saw bersabda: ada empat perkara yang jika ada pada dirimu maka engkau tidak akan luput dari kehidupan dunia: Menjaga amanah, jujur dalam berbicara, akhlak yang baik dan makanan yang suci (halal)”. (Musnad Ahmad)
Inilah Jalan Menuju Kebangkitan Umat
Setelah Nabi saw wafat, para khulafa menanggung beban dan tanggungjawab dengan penuh ketenangan dan amanah, tanpa ada kerancuan, kelemahan atau ancaman keamanan, karena ideologi yang telah diajarkan oleh Nabi saw adalah memerdekakan manusia, ideologi inilah yang mampu menjaga manusia dari tindakan penyimpangan dengan dakwah Islam kepada sesuatu yang menjadi tujuan dan objeknya; karena Allah menghendaki agama ini kekal, dan dengannya memuliakan umat melalui revolusi ilmiah, kematangan akal dan tranformasi kepada asholah, sehingga secara cepat menampakkan kecerdasan dalam rangka memimpin dunia menuju peradaban Islam, memberikan keteladanan kepada seluruh umat manusia, dan untuk pertama kalinya terjadi peralihan kepemimpinan secara damai melalui baiat, menjadikan landasan akan sistem pemerintahan yang berlandaskan musyawarah dan legislasi kerakyatan, sehingga sampai kepada kesadaran mereka yang matang, ilmu yang cemerlang, amal yang berkesinambungan, pembinaan yang kontinyu, produktivitas yang berkelanjutan, sehingga mereka berhak menjadi pemimpin dunia, guru dunia tidak seperti yang telah kita saksikan dan sedang kita saksikan, dari berbagai realita yang memilukan: kediktaroran, penindasan, penjajahan, dan peristiwa yang mengerikan: isu perpecahan dan disintegrasi ditengah anak bangsa guna menghancurkan umat, membunuh daya tahan tubuhnya dan menggagalkan kebangkitannya.
Jadi kita berada pada wakut yang tepat untuk bekerja dengan sungguh-sungguh guna membangun kembali negeri kita. As-Syahid Sayyid Qutb berkata:
إنَّ الذي يعيش لنفسه قد يعيش مستريحًا، ولكنه يعيش صغيرًا ويموت صغيرًا، فأما الكبير الذي يحمل هذا العبء الكبير.. فماله والنوم؟ وما له والراحة؟ وماله والفراش الدافئ والعيش الهادئ والمنام المريح؟!
“Bahwa siapa saja yang hidup dengan sendirinya bisa jadi dapat hidup dengan tenang, namun tetap dalam posisi yang kecil dan akan mati dengan skala kecil, adapun yang dianggap besar adalah yang mampu membawa beban yang besar ini …. jadi untuk apa tidur? untuk apa istirahat? untuk apa dipan yang empuk, hidup yang tenang dan menyenangkan?!
Rasulullah saw telah memahami akan hakikat ini dan ukurannya; sehingga beliau berkata kepada Khadijah saat Khadijah mengajaknya untuk tenang dan tidur:
مضى عهد النوم يا خديجة
“Telah lewat waktu untuk tidur wahai Khadijah”
Tentu telah berlalu waktu untuk tidur, dan tidak akan kembali sejak hari ini kecuali bangun malam, menikmati rasa letih dan jihad yang panjang dan berat! dan jangan lupa pula nasihat syaikh As-Sya’rawi:
“إن الثائر الحق الذي يقوم ليهدم الفساد، ثم يهدأ ليبني الأمجاد“
“Bahwa orang yang membawa kebenaran akan senantiasa berdiri tegak untuk menghancurkan kerusakan kemudian menenangkan diri (duduk) untuk membangun eksistensi”.
Munculnya Cahaya Harapan
Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam Risalah “Nahwan Nur” yaitu khutbah yang disampaikan untuk para pemimpin dan penguasa umat:
تحتاج الأمة الناهضة إلى الأمل الواسع الفسيح، والقرآن يبين لنا أن اليأس سبيل إلى الكفر، والقنوط من مظاهر الضلال
“Sungguh Umat ini membutuhkan akan harapan yang luas dan lapang, karena Al-Qur’an telah menjelaskan kepada kita bahwa putus asa adalah jalan kekufuran, dan berpangku tangan adalah merupakan fenomena kesesatan, Allah berfirman:
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)”. (Al-Qashash:5)
وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)”. (Ali Imran:140)
Karena harapan telah bersinar cahayanya dengan adanya azimah umat yang kuat, perasaannya juga mengatakannya keinginannya, dan memiliki kemampuan untu merealisasikan apa yang telah masuk kepadanya, melalui jalan persatuannya yaitu jalan yang lurus menuju kebangkitannya, kenapa tidak? padahal problema yang dihadapi adalah sama, obsesinya sama dan impiannya juga sama…
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain”. (Al-Baqarah:71)
Bahwa persatuan sudah menjadi tuntutan umat setelah sebelumnya berusaha dimarjinalisasi oleh rezim penindas, dan setelah runtuhnya berbagai bentuk penjajahan dan kekuasaan, sehingga kesadaran yang menghilangkan perasaan takut yang dibuat-buat kembali bersinar, manipulasi untuk menguasai potensi umat, menghancurkan kekuatannya yang kokoh dan penyebaran rezim palsu.
Dan guna mewujukan harapan ini tentunya sangat membutuhkan kesadaran terhadap berbagai permasalahan, kerja sungguh-sunguh, keinginan yang jujur, azimah yang kuat terhadap persatuan, eksplorasi seluruh potensi; baik ilmu, ide, politik, ekonomi untuk sebuah proyek persatuan umat, dan inilah yang diperintahkan Allah untuk kebangkitan dini. Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)
Dan akhir dari seruan kami adalah bahwa segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat dan salam atas Rasulullah saw pemimpin tercinta kita, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar