Kamis, 17 November 2011

Jiwa-jiwa Surga (1) ; Refleksi kerinduan seorang hamba akan Surga

*Edisi Pemetik Ruhani, karya Abu Hanifah
Editor : Rly#AsoeSurga

Saudara-saudaraku,
Pernahkah anda membayangkan indahnya hidup abadi di Surga ? Kalau belum, coba-lah sekali-kali, tatkala anda merasa susah, gelisah, gundah dsb dalam menapaki jalan-jalan da’wah ini atau mulai tergoda dengan keindahan dunia yang menyilaukan mata dan menghanyutkan dengan iming-imingan imbalan dunia yang menipu, maka saatnya-lah kita coba meresapi dan menikmati betapa indahnya hidup abadi di surga yang keindahannya dan kenikmatannya tiada terkira. Benar…jauh dari omong kosong yang tiada artinya. Oleh karena itu Ikhwah fillah, mari…… hadirkan, sejukkan hati kita sejenak dengan janji-janji Allah berupa surga yang senantiasa kita idam-idamkan dan rindukan. Mudah-mudahan kita semakin termotivasi tuk menggapainya dengan sungguh-sungguh dengan harapan, kita bersama-sama akan merasakannya secara nyata kelak. Insya Allah. Amin


Merekalah jiwa-jiwa surga
Tak ingat mereka dengan ladang dan sawah
Tak ingat mereka dengan wanita dunia

Di tengahnya, kembali mereka mendapati sekelompok wanita yang amboi, jauh melebihi kelompok yang pertama. Matanya halus sehalus kulit dan putih seputih warna. Sumsum tulang tulang betisnya terlihat dari balik pakaiannya. Orang bisa melihat wajahnya dari dada mereka karena dada mereka laksana cermin.
Mereka selalu menundukkan pandangannya serta sebaya umurnya. Mereka bertelekan diatas permadani yang sebelah dalamnya adalah sutra. Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka dan tidak pula oleh jin.
Mereka selalu dipingit dalam kemah-kemah, perawan dan kaya cinta. Kalau sekirannya salah seorang dari mereka datang kedunia, pasti ia menyinari langit dan bumi dan memenuhi langit dan bumi dengan aroma yang harum dan semerbak.
Dalam hati, jiwa surga berkata” Diantaranya pasti ada istriku, pasti ada “Ainul Mardhiah”
Seakan tahu isi hati, sang utusan berujar” Sabar yaa Syabbab. Itu adalah bidadari yang disiapkan untuk melayanimu. “Ainul Mardhiah” masih di depan. Mari kembali kita berjalan”
Jiwa surga berucap” Ya Allah Ampuni kelalaianku, mengapa tak bisa kutinggalkan dunia sementara janji-janji-Mu benar, surga-Mu benar, nikmat yang ada di dalamnya benar, buah-buahannya benar, sungai-sungai benar, bidadarinya benar” suara hati mereka.


Merekalah jiwa-jiwa surga
Bergetar mereka mendengarkan salam surga
Silau mereka melihat wajah mataharinya
Jika anda bertanya tentang pengantin-pengantin dan istri-istri mereka, maka mereka adalah wanita-wanita yang montok payudaranya dan sebaya. Darah muda mengalir dalam organ tubuh mereka. Pipinya seperti bunga mawar dan apel. Payudaranya seperti buah delima. Gigi-giginya seperti mutiara lu’lu yang tersusun rapi. Pinggangnya halus dan mulus. Matahari terbenam jika mereka menampakkan wajahnya yang imut-imut. Kilat bercahaya jika mereka tersenyum.
Jika anda mendapat cintanya, maka silahkan berkomentar terhadap dua api yang berkobar-kobar. Jika mereka berbicara dengan suami-suaminya maka laksana dua sejoli yang sedang memadu kasih. Jika ia dirangkul, maka seperti rangkulan dua ranting pohon. Wajah suaminya bisa dilihat dari pipinya sebagaimana bisa dilihat dari kaca cermin yang putih bersih.
Sumsum tulang betisnya bisa dilihat dari luar. Keindahan sumsum tulang betisnya tidak bisa ditutup oleh kulitnya, tulangnya dan pakaianya. Jika mereka menampakkan diri di dunia, maka aromanya memenuhi antara langit dan bumi.
Tutup kepalanya lebih baik ketimbang dunia dan seisinya. Penambahan usia mereka malah mereka semakin cantik dan menarik. Putaran waktu justru membuat mereka semakin cinta dan akrab dengan suami-suaminya. Mereka bebas dari kehamilan, melahirkan, haids dan nifas. Mereka bersih dari dahak, ludah, urine, tinja dan semua kotoran.
Setiap kali suaminya memandang, ia memenuhi hatinya dengan kebahagiaan. Setiap kali ia berbicara dengan suaminya, ia memenuhi telinga suaminya dengan mutiara lu’lu yang tersusun rapi dan disebar kemana-mana. Jika ia menampakkan diri maka istana ghuraf penuh dengan cahaya
Dalam hati, jiwa surga berkata”diantaranya pasti ada istriku, pasti ada “Ainul Mardhiah”
Seakan tahu isi hati, sang utusan berujar ”Sabar yaa Syabbab, itu adalah bidadari yang disiapkan untuk melayanimu. “Ainul Mardiah” masih di depan. Mari kembali kita berjalan”
Jiwa surga berucap” Ya Allah ampunilah kelalaianku, mengapa tak bisa kutinggalkan dunia sementara janji-janji-Mu benar, surga-Mu benar, ni’mat yang ada di dalamnya benar, buah-buahannya benar, sungai-sungainya benar, bidadari-bidadarinya benar” suara hati mereka

Merekalah jiwa-jiwa surga
Yang tunduk dibawah semangat dan cinta-Nya
Yang harta luluh, lumpuh, bersimpuh dibawah
singgasana ke Agungan-Nya
Ditengahnya, mereka mendapati kain transparan putih bergelombang yang bergoyang ditiup angin segar beraroma kesturi. Panjang luas membentang. Jiwa surga mendekati kain putih itu melangkah hati-hati menginjak kainnya.
Dalam hati jiwa surga berkata ”Ditengahnya pasti ada istiku, pasti ada “Ainul Mardhiah”
Seakan tahu isi hati, sang utusan berujar ”Benar yaa Syabbab, melangkahlah, temuilah istrimu. Temuilah “Ainul Mardhiah”
Berdebar jantung jiwa surga. Debarannya semakin kencang semakin ia melangkah jauh. Namun perjalanan jauh itu tak membuatnya lelah bahkan terasa semakin ringan langkahnya.
Sampailah ia ditengah-tengah gelombang kain transparan yang tak lain adalah pakaian seorang wanita yang sedang membalakangi jiwa surga. Cahaya menerangi di sekelilingnya dan cantiknya sungguh tak pernah terbayangkan, jauh melebihi bidadari-bidaadari yang disiapkan untuknya
Dengan mmeberanikan diri, jiwa surga melangkah mendekati. Debaran jantungnya sangat cepat, bak kuda yang sedang dipacu penunggangnya mengejar musuh.
“ Assalamu’alaikum…….”sapa jiwa surga dengan segenap tenaganya
“ Wa’alaikum salam Warahmatullah…’Jawab wanita dihadapannya merdu laksana seruling cinta ditengah padang surga. Wanita itu membalikkan wajahnya dan jiwa surga jatuh tak sanggup menahan gemetar badannya. Wajahnya penuh cahaya berkilauan. Kristal-kristal cahaya merasuk dalam hatinya. Masuk jauh melintasi sanubari.
“ Andakah “Ainul Mardhiah”? Tanya jiwa surga setelah bangkit dan megumpulkan tenaganya
“ Benar ”
“ Andakah istri yang dipersiapkan untukku ”?
“ Siapa bilang “? Aku belum bersuami “
“ Lalu bagaimana caranya untuk mendapatkanmu ?
“ Aku pun sama dengan wanita di dunia yang membutuhkan mahar ?
“ Apa maharnya” ?
“ Engkau berjihad di jalan Allah dan Syahid di medan juang ”
Jiwa surga segera terbangun dari tidurnya. Berlari. Mengambil pedang. Mengambil kudanya dan berteriak menyeru “ Allaaaaaaaaaahu Akbar”. Wallahu A’lam
*Diambil dari majalah Izzah tahun 2003, sedikit tambahan

Tidak ada komentar: