Jumat, 18 November 2011

Jiwa-Jiwa Sejati (3) ; Refleksi Tantangan Mengendalikan Nafsu Lawan Jenis


Karya : Rly#AsoeSurga

Mata berpaling kepalanya terunduk
Namun dadanya bergelora dan hatinya-pun berbolak balik
Seakan bergeming lambaian godaan kata dan pandangan sayu
Pengharapan
Kian menarik dan menarik jiwanya yang siap
melahap setiap cahaya yang ada dihatinya

Perjumpaan demi perjumpaan kian sering dan tak terbendung rasanya terjadi padanya. Selama ini pula terjadi gesekan-gesekan hawa busuk membingkainya. Terkadang kepura-puraan dan kepalsuan laksana sandiwara picisan yang lagi dimainkan. Sutradaranya sekaligus produsernya adalah syetan, sedangkan pemainnya adalah hawanafsu busuk buruk rupa. Dan yang menjadi korbannya selalu adalah setiap jiwa yang kosong dari kalimat ilahiyah, suka mengkhayal dan termenung lalu mengandai-andai tak tentu arah
Mata berpaling kepalanya terunduk
Namun dadanya bergelora dan hatinya-pun berbolak balik
Seakan bergeming lambaian godaan kata dan pandangan sayu pengharapan
Kian menarik dan menarik jiwanya yang siap melahap setiap cahaya yang ada dihatinya

Kini, ada satu pertanyaan yang bergelanyut dalam pikiran sang jiwa sejati. Akan kemanakah dirinya dibawa jika matanya terus memandang penuh harap kepada sang keindahan yang telah menarik simpatinya. Sejenak ia tersadar dan terus beristiqfar bahwa hawa nafsunya kian telah merasuki seluruh sendi-sendi dan organ-organ jiwa dan jasadnya. Namun sejenak berikutnya ia lupa dan terus menikmati pandangan dan untaian kata yang tersaji indah dari mulutnya keindahan.
Mata berpaling kepalanya terunduk
Namun dadanya bergelora dan hatinya-pun berbolak balik
Seakan bergeming lambaian godaan kata dan pandangan sayu pengharapan
Kian menarik dan menarik jiwanya yang siap melahap setiap cahaya yang ada dihatinya

Hati terus menanti dan menanti mengharapkan sang keindahan kian berada dipandangan. Sejenak ia terkejut dan menyadari kesalahan besar telah dilakukannya pada hati nuraninya yang seakan berontak dan mengajaknya tuk berlari dan menjauhi arena luka hati. Namun perhatian dan tatapan mata keindahan terus menariknya bagaikan magnet super kuat yang menggemuruhkan jiwanya sang jiwa sejati yang labil. Astaqfirullah ternyata tarikan magnet juga terjadi dan mulai menyerangnya dari atas yang kian mencoba menguji kekuatan tarikan gravitasi iman yang melawannya kearah bawah.
Mata berpaling kepalanya terunduk
Namun dadanya bergelora dan hatinya-pun berbolak balik
Seakan bergeming lambaian godaan kata dan pandangan sayu pengharapan
Kian menarik dan menarik jiwanya yang siap melahap setiap cahaya yang ada dihatinya


Lambaian tangan bidadari tiba-tiba terhampar indah
dipandangannya, mengajak dan mengajaknya tuk bertahan dari
godaan gambar semu yang kini ada dihadapannya. Seakan sang
bidadari menantang kepadanya sang jiwa sejati, akan yang
manakah dia pilih aku atau dia. Sejenak sang jiwa sejati
tercenung mamatung diri dan bertanya dalam hatinya yang paling dalam yang syukur masih tersisa bagian putih yang belum ternodai. Menimbang dan menimbang jalan yang manakah akan ditempuhnya……Hei… Cepatlah…. terdengar suara gertakan nyaring dan merdu sang bidadari yang memintanya agar mengambil sikap segera. Begitu juga dengan keindahan yang terus merayunya dan menggodanya tiada henti. Pertarungan-pun tak terelakkan terjadi dalam hatinya sang jiwa sejati

Mata berpaling kepalanya terunduk
Namun dadanya bergelora dan hatinya-pun berbolak balik
Seakan bergeming lambaian godaan kata dan pandangan sayu pengharapan
Kian menarik dan menarik jiwanya yang siap melahap setiap cahaya yang ada dihatinya

“Wahai sikap apa yang harus kuambil,”Ungkap sang jiwa sejati agak kebingungan”. Satu sisi dia tak ingin bayangan keindahan dihadapannya berpaling dan menjauh darinya. Di sisi yang lain ia menyadari bahwa kekhawatirannya tersebut adalah tidak benar dan salah besar. Ia belum layak atau tidak layak untuk berpikiran seperti itu. Kecuali ia berani mengambil sikap sejati dan jantan bahwa ia akan jemput si keindahan ke istananya, menjumpai walinya dengan baik-baik dan seterusnya insya Allah si keindahan akan menjadi sah miliknya. Atau ia pupuskan saja bayangan si keindahan itu saat ini juga dan menggantikannnya dengan bayangan sang bidadari yang siap menantinya dihari kemudian ?. “Wahai…… aku harus mengambil sikap yang cepat tapi bijak dalam hal ini. Harus terpilih hasil yang terbaik dari keputusanku ini” pikir panjang sang jiwa sejati dalam hatinya”
Matanya teguh berpaling, kepalanya-pun masih terunduk
Dadanya-pun kembali tenang dan hatinya Alhamdullah kembali seputih kapas
Tak bergeming lambaian godaan kata dan pandangan sayu pengharapan
Tak secuilpun perhatian yang dirindukan kan mampir dihatinya
Karena Iman akan balasan akhirat yang lebih menjanjikan kebahagiaan

“Wahai nampaknya untuk saat ini harus kutahan dan kuikat dengan sekuatnya hawa nafsuku dengan tali ikatan iman yang seseungguhnya, sehingga diriku kuharapkan dapat bertahan dari terpaan badai semu ini. Aku harus ingat pada kisahnya sang pujaan (Nabi Yusuf As) dahulu yang mampu bertahan dan berpaling dari godaan si keindahan dimasa lampau,” Begitulah ikrar hati sang jiwa sejati. Penanaman akan keindahan yang hakiki dalam kenikmatan akhirat bertemu dengan para bidadari-bidadari yang rupawan dan mencengangkan diharapkan menjadi obat mujarab, buat menangkal serangan hawa nafsunya yang lahir dari mata dan kata-kata sederhana yang menghanyutkan dari keindahan semu.
Matanya teguh berpaling, kepalanya-pun masih terunduk
Dadanya-pun kembali tenang dan hatinya Alhamdullah kembali seputih kapas
Tak bergeming lambaian godaan kata dan pandangan sayu pengharapan
Tak secuilpun perhatian yang dirindukan kan mampir dihatinya
Karena Iman akan balasan akhirat yang lebih menjanjikan kebahagiaan

“Bye….. bye..keindahan semu, sesungguhnya yang kunantikan perhatian dan harapan adalah ternyata bukan dirimu. Mata yang ku-tak palingkan kecuali hanya tertuju pada bidadariku kelak, yang mana kepalaku takkan kutundukkan padanya, dadaku kan kubiarkan bergelora dan melantunkan nada-nada indah yang mempesonakan.
Dengarkanlah keputusanku ini wahai Bidadari…..Alhamdulillah aku lebih memilihmu sebagai pendampingku nanti disurga dan itu pasti harus kudapatkan. Namun kini…..Oh…….tiba-tiba sang jiwa sejati-pun tersentak dari perenungan yang dalam. Dan ia tak peduli tatapan kebingungan keheranan dari keindahan akan sikapnya yang aneh ia-pun tenangkan dirinya. Kemudian dengan segenap bekal yang mantap yang lahir dari kekuatan Iman yang tangguh dan rasa percaya diri yang mapan, sang jiwa sejatipun mengatakan, “Afwan wahai keindahan ….teryata sikapku selama ini salah padamu, perhatian yang kutunjukkan padamu selama ini hanyalah kepalsuan semuanya. Syetan telah memandang baik perbuatan kita dan kita tlah terjebak padanya, Kesalahan memahami makna Fitrah dari Allah yang dianugerahkan kepada setiap manusia yang senantiasa menyukai keindahan pada jenismu telah menbuat jalang dan liar mataku atau mungkin matamu, dan telah memburamkan hati putih imanku dan mungkin imanmu”. Mari kita putuskan mimpi buruk dan busuk ini dan kita sambung dengan
kenyataan yang pasti akan lebih menjanjikan,”ungkap sang jiwa sejati panjang lebar menjelaskan’
Matanya teguh berpaling, kepalanya-pun masih terunduk
Dadanya-pun kembali tenang dan hatinya Alhamdullah kembali seputih kapas
Tak bergeming lambaian godaan kata dan pandangan sayu pengharapan
Tak secuilpun perhatian yang dirindukan kan mampir dihatinya
Karena Iman akan balasan akhirat yang lebih menjanjikan kebahagiaan

Oleh karena itu Wahai ukhti…..Langsung saja…Ada satu pertanyaan dariku dan butuh jawaban darimu saat ini juga… “sang jiwa sejati-pun terdiam sejenak dari penuturan penyesalan panjangnya”. Lalu sambil mengambil dan mengatur nafasnya kembali dan tak lama setelah tenang, ia-pun berkata dengan kata-kata sangat menyakinkan, eh…..maukah anda menjadi bidadariku di dunia ini……….”????????
Karena kan kutunjukkan pada hawa nafsu kita, bahwa kita tlah mampu mengalahkannya
Baarakallahu laka Wabaraka’alaika Wajama’abainakuma fiii khair…
(Teruntuk buat para ikhwah sejati dimanapun berada, terutama yang baru menikah, jempol buat antum, heh..heh.heh. Dzulhijjah 1424 H/2003)

Tidak ada komentar: