Selasa, 01 Maret 2011

Mengenang Bapak Pergerakan Islam Turki

3/01/2011 09:48:00 AM | Posted by islamedia


Islamedia - Erbakan meraih gelar doktoralnya pada tahun 1956 dibidang Tekhnik Mesin Tempur dari Aachen University di Jerman. Disamping kuliah, Erbakan juga nyambi bekerja sebagai ketua tim riset di perusahaan senjata "Kulovz - Humboldt - Deutz" Kota Cologne, Jerman. Ketika bekerja itulah Erbakan melakukan berbagai inovasi baru dalam mengembangkan tank tempur yang dapat menggunakan berbagai macam bahan bakar.

Pada usia 30-an, Erbakan kembali ke Turki. Usaha pertama yang dilakukan pada tahun pertamanya di Turki adalah dengan membangun pabrik "Peralatan Tempur". Gagasan tersebut ia realisasikan bersama-sama dengan 300 orang rekan kuliahnya. Perusahaan yang khusus memproduksi mesin diesel mulai menghasilkan secara nyata pada tahun 1960. Perusahaan tersebut masih beroperasi hingga sekarang dengan kemampuan memproduksi 30 ribu mesin diesel pertahunnya.

Pada tahun 1970, Erbakan yang disokong oleh gerakan tarekat Nursiyah mendirikan Hezb Nizham El Wathani (National Order Party), Partai politik yang memiliki semangat keislaman dan diakui secara resmi oleh pemerintahan Turki modern, paska runtuhnya Khilafah Othmaniyah tahun 1924.

Erbakan telah memulai aktifitas politiknya setelah lulus dari fakultas tekhnik dan terpilih menjadi ketua umum kamar dagang turki. Tidak lama setelah itu, Erbakan terpilih menjadi anggota parlemen dari kota Qoinp. Namun ia dicekal tidak boleh berpartisipasi dalam pemerintahan koalisi dengan alasan penentangannya yang keras terhadap "Sekularisme" Turki. Berdirinya National Order Party merupakan tamparan keras bagi pemerintahan Turki modern yang sekuler.

Partai Erbakan tidak bertahan lama, 9 bulan setelah pendiriannya, partai tersebut di bubarkan melalui keputusan Mahkamah Konstitusi. Pelarangan atas partai Erbakan karena disebabkan turut campurnya komandar militer Turki, Mohsen Bator.

Berkat dukungan sekutunya, Gerakan Tarekat Sunusiyah, Erbakan kembali mendirikan partai, Partai Salama, pada tahun 1972. Partai yang baru didirikannya berhasil mengecoh pihak militer dan berhak mengikuti pemilihan umum. Kali ini partai pimpinan Erbakan berhasil meraih 50 kursi di Parlemen dan berhak untuk ikut dalam pemerintahan koalisi bersama Republican People's Party, partai yang didirikan oleh Attaturk, bapak sekulerisme Turki.

Hasil koalisi yang dibangun menempatkan Erbakan menjadi wakil Perdana Menteri Turki. Pada tahun 1974, Ia bersama-sama dengan Presiden Bulent Ecevit mengambil keputusan untuk mengekspansi Cyprus. Terobosan-terobosan yang dilakukan Erbakan secara atraktif telah membawa dampak positif bagi gerakan islam politik di Turki; diakuinya peran politik islam melalui Partai Salama, sekaligus diakui sebagai partai politik yang patut diperhitungkan. Semasa menjabat sebagai wakil PM Turki, Erbakan berupaya mensukseskan beberapa agenda islamisasi melalui jalur konstitusional. Diantara keberhasilan Erbakan selama menjadi Wakil PM Turki adalah: Menyingkirkan tokoh-tokoh pendukung sekuler dari jabatan strategis, melarang aktifitas gerakan Yahudi "Fremasonry" dan menutup kantor sekretariatnya, mewujudkan hubungan bilateral yang lebih baik dengan negara-negara arab, mendukung dengan tegas perjuangan rakyat Palestina, menentang penjajahan Israel atas Palestina, dan mendukung opsi mosi tidak percaya kepada menteri luar negeri Turki saat itu, Kheireddine Arekmane, yang secara terang-terangan mendukung kerjasama dengan negara zionis Israel.


Nampak Deputi Necmettin Erbakan(kiri), Perdana Sulayman Damirel(tengah) dan Alparslan Turkes(kanan) di akhir 1970-an

Setelah lepas dari pemerintahan, Erbakan masih tetap memperjuangkan Islam. Pada tahun 1980, melalui anggota parlement partai yang di pimpinnya, ia menyerukan kepada pemerintah yang sedang berkuasa untuk memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Tuntutan tersebut diiringi dengan demo besar-besaran dan tercatat sebagai demo terbesar paska berkuasanya sekuler atas Turki. Demonstrasi ini membuktikan wujud massa islam politik yang dipimpin Erbakan. Setelah beberapa hari dari aksi demonstrasi, salah seorang jenderal militer, Kanaan Efrain, melakukan kudeta atas pemerintahan koalisi. Sejak saat itu pemerintahan dibawah kendali kelompok sekuler dan mendapatkan pengawasan militer yang dijuluki dengan "Penjaga Konstitusi". Militer juga membubarkan semua partai dan menangkapi para aktifis islam dan komunis.

Erbakan termasuk aktifis islam yang saat itu turut di jebloskan dalam penjara. Tiga tahun kemudian Erbakan dan tahanan politik lainnya dibebaskan karena kebijakan reformasi hukum yang dijalankan Presiden Korkut Ozal. Pada tahun 1983, Erbakan kembali mendirikan Partai politik baru, Partai Refah, dan turut serta dalam pemilu di tahun yang sama. Namun sayang, Partai Refah hanya memperoleh 1,5% dari total suara peserta pemilu. Namun keterpurukan pada tahun 1983 tidak menyurutkan semangat Erbakan dalam membangun jaringan politik Islam. Buah dari kegigihannya ia tuai pada saat Partai Refah mendapatkan suara mayoritas pada pemilu 1996. Kemenangan mayoritas tersebut mewajibkan Erbakan untuk membentuk pemerintahan koalisi bersama Partai Jalan Lurus, pimpinan Tansu Ciller.
Belum genap satu tahun Erbakan memimpin pemerintahan koalisi. ia melakukan manuver dengan membuka hubungan yang seluas-luasnya dengan dunia islam. Banyak orang memandang, bahwa apa yang dilakukan oleh Erbakan adalah upaya untuk mengembalikan Turki sebagai Induk dari negara-negara Islam. Berbagai kunjungan ke negara-negara Arab dan Islam dilakukan Erbakan; ke Libia dan Iran. Ia juga mendeklarasikan pembentukkan D-8 (8 Negara Muslim terbesar) yang terdiri dari: Turki, Iran, Pakistan, Indonesia, Mesir, Nigeria, Bangladesh, dan Malaysia.

Rupayanya Erbakan belum puas dengan pembentukkan D-8. Ia kembali menggagas Konfrensi Dunia Islam yang akan dihadiri para pemimpin gerakan islam sedunia. Turki semakin berperan aktif dan agresif dalam menyelesaikan krisis dalam negeri negara-negara muslim. Bahkan Turki sempat mengutus delegasi untuk mendamaikan para Mujahidin di Afghanistan. Kegigihan Erbakan tidak mendapatkan restu dari militer Turki, bahkan ia dituduh akan meruntuhkan sistem sekuler Turki.

Pada tahun 1998 Partai Refah dibubarkan oleh Militer. Sedangkan Erbakan di jebloskan kedalam penjara dengan tuduhan berlapis; diantaranya adalah mengancam konstitusi negara sekuler. Erbakan dikenakan sangsi tidak boleh berpolitik selama 5 tahun. Sanksi tersebut tidak membuat Erbakan meninggalkan gelanggang politik. Walaupun dirinya berada dalam penjara dan dilarang berpolitik, namun Erbakan tetap mendirikan Partai Fadilet dengan dipimpin oleh rekan seperjuangannya. Iapun tetap mengendalikan partai dari balik jeruji besi. Pada tahun 2000 Partai Fadilet dilarang oleh pemerintah Turki.

Pada tahun 2003 Erbakan kembali mendirikan Partai Saadet, namun musuh-musuhnya tidak membiarkan begitu saja. Mereka berkonspirasi untuk memenjarakan kembali Erbakan dengan tuduhan penggelapan uang Partai Refah, partai yang telah di larang. Atas tuduhan tersebut Erbakan kembali ditahan selama 2 tahun. Usianya saat itu sudah 77 tahun.

Pada tanggal 18 Agustus 2008 Presiden Turki dari kalangan Islam, Abdullah Gul mengeluarkan amnesti khusus untuk Erbakan. Pemberian amnesti khusus dengan memperhatikan kesehatan Erbakan yang semakin menurun.[ikhwanonline/akmB]

Tidak ada komentar: