Kamis, 03 Maret 2011

17 Kelemahan & Kerapuhan Fondasi Paham Inkar Sunnah (1-2)

Oleh: Abduh Zulfidar Akaha

Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah berkata, “Kebatilan yang terorganisir bisa mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir.” Barangkali ungkapan ini tepat untuk gerakan inkar Sunnah yang sedang kita bahas. Sekalipun gerakan ini adalah sesat dan menyesatkan, namun jika ia terorganisir rapi apalagi jika didukung oleh dana yang kuat, maka bukan tidak mungkin ia akan menjadi ancaman yang sangat serius bagi agama Islam.

Akan tetapi, sekuat apa pun argumentasi, konspirasi, dan dana yang disandang inkar Sunnah, apabila dihadapi dengan sungguh-sungguh, niscaya –dengan seizin Allah– kebenaran tetaplah yang tampil sebagai pemenang. Dan, kebatilan pasti akan runtuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا .

“Dan katakanlah; Telah datang kebenaran dan telah lenyap kebatilan. Sesungguhnya kebatilan itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (Al-Israa`: 81)

Layaknya gerakan atau paham atau aliran lain yang juga sesat atau di luar koridor Islam yang sebenarnya; inkar Sunnah pun memiliki sejumlah kelemahan, kontradiksi, dan fondasi yang rapuh. Memang, bisa jadi mereka tidak mau mengakui, tetapi mereka akan bersilat lidah dan ngeles jika sudah buntu tidak menemukan alasan atau jawaban apa pun. Di sini akan kami paparkan secara ringkas sejumlah titik lemah dan kejanggalan paham sesat inkar Sunnah yang kami perhatikan selama ini. Akan tetapi, kami mencoba untuk membantah dan mengungkap kesesatan mereka dengan memakai paradigma pemikiran dan pemahaman mereka, yaitu dengan Al-Qur`an dan logika, termasuk logika sejarah.



1. Hanya Menghalalkan Apa yang Dihalalkan Allah dalam Al-Qur`an dan Mengharamkan Apa yang Diharamkan Allah dalam Al-Qur`an

Mereka selalu mengatakan bahwa mereka hanya menghalalkan apa yang dihalalkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al-Qur`an dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya dalam Al-Qur`an. Mereka sama sekali menafikan apa yang dihalalkan dan diharamkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam Sunnahnya. Padahal, Sunnah Nabi adalah penjelas Kitab Allah dan apa yang dihalalkan ataupun diharamkan oleh Nabi merupakan penjelas terhadap apa yang terdapat dalam Al-Qur`an.

Contoh dalam hal ini, yaitu:

- Mereka membolehkan perempuan haid untuk membaca Al-Qur`an, shalat, masuk masjid, dan berpuasa.

- Mereka membolehkan laki-laki menggauli istrinya dari duburnya.

- Mereka menghalalkan daging binatang dua alam, bertaring, bercakar, dan menjijikkan.

- Mereka tidak mewajibkan jilbab.

- Dan lain-lain.

Pendapat sesat mereka ini bertentangan dengan firman Allah,

قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ .

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya, dan tidak beragama dengan agama yang benar...” (At-Taubah: 29)

Meskipun ayat ini turun untuk Ahli Kitab dan non-muslim, namun sejatinya orang-orang inkar Sunnah ini sama saja dengan mereka. Karena mereka (inkar Sunnah) pun tidak mengharamkan apa yang diharamkan Rasul, dan mereka juga tidak beragama dengan agama yang Islam yang sebenarnya. Bahkan, dalam ayat ini, kita diperintahkan Allah untuk memerangi mereka!

Dalam ayat lain disebutkan,

يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ .

“... Menyuruh mereka kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran, serta menghalalkan yang baik-baik kepada mereka dan mengharamkan hal-hal yang buruk atas mereka.” (Al-A’raf: 157)

Jadi, sesungguhnya mereka tidak konsisten dalam hal ini. Mereka pun menyalahi pakem mereka sendiri untuk hanya menghalalkan dan mengharamkan sebatas yang terdapat dalam Al-Qur`an. Sementara dalam Al-Qur`an sendiri ditegaskan bahwa Nabi pun juga mempunyai otoritas –atas wahyu dari Allah– untuk menghalalkan dan mengharamkan sesuatu bagi umatnya.



2. Selalu Membandingkan Ajaran Sunnah dengan Bibel

Demi untuk menyesatkan kaum muslimin dan menjauhkannya dari Sunnah Nabi, orang-orang inkar Sunnah sering sekali membanding-bandingkan ajaran Sunnah dengan ajaran Bibel, untuk kemudian mereka menarik kesimpulan sepihak bahwa ajaran tersebut diadopsi dari Bibel. Di antara ajaran Sunnah yang sering mereka kait-kaitkan dengan Bibel, di antaranya yaitu; masalah rajam, khitan, ucapan “amin,” jilbab, memelihara jenggot, keyakinan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, penyembelihan hewan untuk aqiqah, dan lain-lain.

Sebetulnya, jika orang-orang inkar Sunnah ini benar-benar mau membaca Al-Qur`an sebagaimana yang mereka klaim, niscaya mereka tidak perlu mengherankan hal ini. Sebab, dalam Al-Qur`an pun Allah sudah memberi tahu bahwa kabar tentang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terdapat dalam Taurat dan Injil.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ .

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (Al-A’raf: 157)

Dengan demikian, apa yang mereka katakan tentang adanya adopsi Sunnah dari Bibel adalah kontra produktif dan inkonsisten. Sebab, perkataan mereka ini bertentangan dengan Al-Qur`an yang mereka akui sebagai satu-satunya Kitab pegangan. Meskipun ternyata mereka tidak membacanya.

Lagi pula, separah-parahnya kerusakan isi Bibel dikarenakan campur tangan, distorsi, dan penyelewengan yang dilakukan oleh manusia, di dalamnya masih banyak terdapat ajaran Allah yang diwahyukan kepada Nabi Musa dan Isa Alaihimassalam. Bagaimanapun juga yang dilakukan para rahib dan pendeta Yahudi dan Kristen adalah mengubah, memindahkan, mengurangi, menambahkan, dan menyelewengkan Taurat dan Injil.[1] Tidak ada kabar bahwa mereka membuat suatu kitab baru bernama Bibel yang dinisbatkan kepada Taurat dan Injil. Bahkan, banyak tokoh ilmuwan mereka sendiri yang mengakui bahwa Bibel sudah tidak orisinil lagi dikarenakan banyaknya penyelewengan di dalamnya. Akan tetapi, mereka tidak mengatakan bahwa Bibel adalah murni buatan manusia. Mereka masih tetap mengakui Bibel sebagai kitab sucinya.

Satu hal lagi yang perlu dicermati, yaitu bahwa orang-orang inkar Sunnah ini hanya mau menyamakan ajaran yang terdapat dalam Sunnah Nabi dengan Bibel. Mereka menutup mata, bahwa sebetulnya banyak ajaran dan kisah dalam Al-Qur`an yang juga terdapat dalam Bibel. Di antaranya, yaitu;

1. Memenuhi Nadzar

Dalam Al-Qur`an disebutkan,

وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ .

“Dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka.” (Al-Hajj: 29)

Sedangkan dalam Bibel disebutkan, “Apabila engkau bernazar kepada Tuhan, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya.” [Ulangan 23: 21]



2. Binatang yang Diharamkan Atas Orang Yahudi

Dalam Al-Qur`an disebutkan,

وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِي ظُفُرٍ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُومَهُمَا إِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُورُهُمَا أَوِ الْحَوَايَا أَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍ .

“Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku; dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang.” (Al-An’am: 146)

Sedangkan dalam Bibel disebutkan, “Katakanlah kepada orang Israel, begini: Inilah binatang-binatang yang boleh kamu makan dari segala binatang berkaki empat yang ada di atas bumi: setiap binatang yang berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang, dan yang memamah biak boleh kamu makan.” [Imamat 11: 2-3]



3. Haramnya Babi

Dalam Al-Qur`an disebutkan,

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ .

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah. Tetapi, barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nahl: 115)

Sedangkan dalam Bibel disebutkan, “Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.” [Imamat 11: 7]



4. Kisah Kehamilan Maryam

Dalam Al-Qur`an disebutkan,

قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ .

“Maryam berkata; Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, sementara aku belum pernah disentuh seorang laki-laki pun?” (Ali Imran: 47)

Sedangkan dalam Bibel disebutkan, “Kata Maria kepada malaikat itu; Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” [Lukas 1: 34]



5. Kisah Musa dan Mata Air

Dalam Al-Qur`an disebutkan,

وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَوَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ .

“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman; ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah kalian dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kalian berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (Al-Baqarah: 60)

Sedangkan dalam Bibel disebutkan, “...Katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya... Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.” [Bilangan 20: 8 dan 11]



6. Seseorang Tidak Menanggung Dosa Orang Lain

Dalam Al-Qur`an disebutkan,

وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى .

“Dan tidaklah seseorang berbuat dosa melainkan kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (Al-An’am: 164)[2]

Sedangkan dalam Bibel disebutkan, “Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.” [Yehezkiel 18: 20]



Apa yang disebutkan di atas hanyalah contoh. Masih banyak lagi yang lain. Sebab, pada dasarnya sumber utama Bibel dan Al-Qur`an adalah sama, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Meskipun nasib Bibel jelas jauh lebih buruk dengan segala distorsinya daripada Al-Qur`an yang dijamin kesucian dan keasliannya oleh Allah Yang Mahasuci. Kemudian, selain adanya kesamaan antara sebagian ajaran dan kisah dalam Al-Qur`an dengan apa yang terdapat dalam Bibel, sesungguhnya Allah pun sudah menyebutkan dalam Kitab-Nya bahwa Nabi Isa pernah mengabarkan berita gembira kepada Bani Israil tentang Nabi bernama Ahmad (Muhammad) yang akan datang sesudah dia. Meskipun kemudian Nabi tersebut mereka dustakan.

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ .

“Dan (ingatlah) ketika Isa anak Maryam berkata; Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi habar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, namanya Ahmad (Muhammad). Maka, tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata; Ini adalah sihir yang nyata.” (Ash-Shaff: 6)

[bersambung...]



[1] Mereka mengatakan bahwa Bibel adalah gabungan dari Kitab Perjanjian Lama (yang merupakan kata lain Taurat) dan Kitab Perjanjian Baru (yang merupakan kata lain Injil). Dalam Alkitab yang diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 2002, disebutkan bahwa Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

[2] Ayat yang senada dengan ini dapat ditemukan di surat Al-Israa`: 15, Fathir: 18, Az-Zumar: 7, dan An-Najm: 38.

Tidak ada komentar: