Selasa, 31 Januari 2012

Strategi Hijrah antara Sebab Kausalitas dan Inayah Robbaniyah

Risalah Mursyid
30/1/2012 | 6 Rabbi al-Awwal 1433 H | 88 views
Oleh: Muhammad Badi



Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 12-01-2012

Penerjemah:

Abu ANaS MA

__________

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarga dan orang-orang yang setia dengannya… selanjutnya;

Bahwa diantara makna strategi adalah mengoptimalkan seluruh potensi dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam waktu yang telah ditentukan, dan diantara ujian berat yang dihadapi oleh Mesir pada masa yang lalu bukan karena tidak adanya strategi yang memberikan manfaat kecuali karena adanya kerusakan dan strategi yang manhaji dalam kesesatan, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT:

وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا

“Dan mereka menyimpangkannya kejalan yang bengkok” (Al-A’raf:45)

Adapun strategi dalam Islam -yang tidak mungkin menghasilkan kebangkitan hakiki tanpanya- memiliki karakteristik tersendiri yang tidak terdapat pada yang lainnya. Intinya adalah sebagai berikut:

1. Masa konsepnya adalah kehidupan dan tempat kembali, mencapai pada kemakmuran hidup di dunia dan kenikmatan di akhirat

2. Kewajiban menggunakan berbagai sebab kausalitas dan yakin akan inayah (pertolongan dan bimbingan) rabbaniyah.

3. Mempertahankan tsawabit (yang tetap), mabadi (prinsip-prinsip) dan qiyam (nilai-nilai) akhlak.

4. Menyatukan konsep antara kejelian pengikut dan keampuhan kreatifitas; yang bertolak pada pilar-pilar strategis dan tujuan yang menyeluruh dari nash-nash syar’i serta ijtihad secara bersamaan untuk melakukan perbaikan kondisi real harian; bagi yang benar ijtihadnya maka akan mendapatkan dua ganjaran dan yang keliru beroleh satu ganjaran; sehingga dapat memotivasi diri dalam melakukan kreativitas dan menggabungkan antara orisinalitas dengan modernitas.

Dan realita yang terjadi di Mesir khususnya dan bangsa Arab dan umat Islam umumnya sangat membutuhkan akan fiqih pilar-pilar tentang strategi Islam terutama pada fase transisi ini; karena harus membuat sejarah baru; setelah bangsa Mesir dan Arab melewati kondisi kritis oleh karena adanya kediktatoran politik, korupsi, dekadensi moral, keterbelakangan peradaban, sehingga menyebabkan terjadinya revolusi, dan yang lainnya akan terjadi -bagi yang tidak mampu mengambil pelajaran- dengan yang lainnya berupa revolusi Arab yang dikarenakan oleh adanya empat karakteristik:

1. Robbaniyah

2. Kerakyatan

3. Perdamaian

4. Berperadaban

Dan kami telah memilihkan untuk para pembaca kami mulia dan kami cinta karena Allah pelajaran dari hijrah sebagai manhaj dalam konsep dan strategi untuk melakukan perbaikan masa depan bagi negara Mesir dan bangsa Arab dan Islam. Adapun pilar-pilar tersebut terdiri pada dua point utama:

1. Menggunakan berbagai sebab kausalitas yang dibolehkan secara syar’i

2. Yakin akan adanya inayah robbaniyah dan keberkahan rezki setelah menggunakan sebab kausalitas pada tingkat jamaah. Sebagaimana Allah berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا

“Sekiranya Penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa…” (Al-A’raf:96)

dan pada tingkat personal. Sebagaimana firman Allah:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka akan diberikan jalan keluar dan diangerahkan rezki yang datangnya tidak disangka-sangka”. (At-Talaq:2-3)

Pertama:

Strategi dalam Hijrah; menggunakan sebab kausalitas dan mengoptimalkan berbagai potensi

Pelajaran dimulai dengan satu pilar yang jelas dalam hidayah rabbaniyah kepada Rasulullah yaitu menggunakan strategi hijrah dan menggunakan sebab (hukum kausalitas), tidak hanya bergantung pada diri, bahwa dirinya adalah seorang Rasul.. dan bahkan tidak mengabaikannya sehingga tidak menggunakan sebab akibat lainnya namun juga berusaha mengoptimalisasi potensi yang jelas yang dimiliki oleh setiap individu, sumber daya manusia dan materi. Hal tesebut terdapat pada perkara berikut:

1. Optimalisasi sumber daya manusia yang mumpuni dari kalangan sahabat terbaik; yaitu dengan menjadi teman dan pendampingnya saat melakukan hijrah, yaitu Abu Bakar As-Shiddiq; karena beliau memiliki karakter dan azimah yang kuat, ilmu yang tajam, kontribusi yang banyak, pengorbanan dan pertaruhan nyawa yang baik, etika yang sopan dan akhlak yang lembut serta cinta yang murni kepada Rasulullah saw.

2. Optimalisasi peran sahabat yang memiliki keberanian; yaitu dengan memilih Ali karena keberaniannya yang besar untuk menggantikan posisinya dan mengemban amanah serta menjaga nilai-nilai meskipun dalam kondsi yang kritis dan beresiko, dan apa yang dilakukan orang musyrik atas umat Islam bukan berarti interaksi mereka dengan yanh semisal dalam rangka dengan menggantikan posisi beliau serta menunaikan amanah tersebut kepada yang berhak; guna menjaga karakter Islam dari sisi akhlak dan peradaban.

3. Optimaliasi peran pemuda; dengan memilih Abdulllah bin Abu Bakar untuk mencuri dengar berita dan isu yang tersebar di kalangan orang-orang musyrik, lalu menyampaikannya kepada Rasulullah saw ketika hari sudah gelap (malam hari).

4. Optimalisasi peran pembantu seperti Amir bin Fahirah pembantu Abu Bakar; yang mana beliau ditugaskan untuk menggembala kambing sebagai cara menghapus bekas kaki dari perjalanan mereka.

5. Optimalisasi peran wanita diantaranya adalah Asma binti Abu Bakar yang membawakan makanan ke dalam Gua tempat Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi, semantera saat itu Asma sedang hamil yang pasti tidak ada seorangpun yang berani untuk menyakitinya, namun memberikan kasih sayang sesuai dengan nilai-nilai yang ada di kalangan Arab saat itu, dan juga seperti Ummu Ma’bad yang memiliki peran penting dalam mengumpulkan susu kambing dan makanan.

6. Optimalisasi peran non muslim karena pengalaman dan amanahnya; yaitu nabi memperbantukan Abdullah bin Uraiqith Al-Laitsi, yang sebagian riwayat menyebutnya dengan sosok pemberi petunjuk jalan yang berpengalaman atau faham jalan-jalan yang tidak biasa dilewati orang, sebagaimana dia juga disebut dengan orang yang memiliki profil yang gagah dan penjaga amanah yang nadir (jarang), sehingga tidak melemahkan dirinya meskipun mendapatkan tawaran bayaran yang besar dari pihak Quraisy yaitu 200 ekor unta, dan yang dengannya dapat menjadi orang terkaya di Arab jika menerimanya, namun demikian, dia juga tidak hanya memiliki sosok yang mumpuni, meskipun kafir dengan ilmu dan pengalaman namun juga memiliki fisik yang tangguh dan fleksibiliti, dan dalam mengemban tugas yang berat dan penting ini, nabi saw mengoptimalkan potensi orang kafir dan bahkan penyembah berhala.

7. Optimalisasi unsur waktu; yaitu nabi saw pergi ke tempat untuk mulai hijrah -saat manusia sedang beristirahat di rumah masing-masing- ke rumah Abu Bakar ra; sebagai tahapan awal berhijrah, lalu keluar melakukan hijrah pada malam hari, ketika kondisi telah gelap gulita dan manusia secara umum sedang tidur lelap, lalu berdiam diri di gua tsur selama tiga hari; menunggu kondisi tenang dan meminalisir pengintaian dari penduduk kota Mekkah.

8. Optimalisasi unsur tempat; yaitu Nabi saw memilih tempat keluar dari lorong-lorong rumah rumah Abu Bakar di malam yang gelap sehingga dapat menjaga anggota rumah tangganya, kemudian menuju gua tsur yang mengarah ke Yaman, dari arah selatan kota Mekkah bukan dari arah utara; sebagai arah dan jalan menuju Yatsrib, untuk mengalihkan pengintaian, membutakan pandangan dan mengelabui orang-orang kafir dari pengejaran.

Dan ketika beliau berada di gua Hira diantara strategi yang menakjubkan adalah mengoptimalkan jalan-jalan yang tidak dikenal; seperti yang disebutkan dalam sirah Ibnu Hisyam bahwa Abdullah bin Uraiqith sebagai orang pertama yang menjadi penunjuk jalan setelah keluar dari gua menuju menuju arah selatan Yaman, kemudian arah Barat menuju pesisir, sehingga pada saat sampai tujuan orang-orang tidak menyangkanya bahwa beliau telah sampai tujuan, yaitu yang mengarah ke utara dekat dari pantai laut mereka, lalu berjalan di perlintasan yang jarang dilewati oleh manusia.

9. Optimalisasi kendaraan atau binatang dengan memiliki dua ekor unta yang kuat dan gagah sehingga membantu keduanya dalam melakukan perjalanan yang panjang, mengoptimalkan gembala kambing menghapus bekas jalan yang mereka lewati, menghilangkan tanda-tanda pergerakan Rasulullah saw atau orang yang memiliki peran dalam memberikan informasi atau makanan atau petunjuk jalan pada perlintasan yang sesuai, sebagaimana pula beliau mengoptimalkan kambing untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh manusia dari makanan dan minuman seperti dalam kisah Ummu Ma’bad, yang akhrinya menjadi sebab semua keluarganya masuk Islam.

10. Perhatian terhadap sisi kesehatan; dengan menyiapkan makanan yang hangat dan fresh yang dibawa oleh Asma binti Abu Bakar setiap hari ke Gua Tsur, dan susu kambing Ummu Ma’bad, yang mana ketika akan meminum terlebih dahulu beliau mencuci tempat perahan kambing tersebut, dan ketika sampai di kota Madinah penyambutan begitu meriah, maka dilakukanlah muakhah dengan mengikat hubungan persaudaraan umat yang baru lahir, begitu pula pembangunan masjid dan pasar; untuk menyatukan pelaksanaan ibadah dan muamalah dalam waktu yang bersamaan, dan ketika ada sahabat di madinah yang sakit karena adanya perubahan kondisi dan suasana maka Nabi saw memanggil mereka seperti disebutkan dalam hadits Shahih:

اللهم حبب إلينا المدينة كحبنا مكة أو أشد، وصححها، وبارك في صاعها ومدها، وانقل حماها فاجعلها بالجُحْفَة‏

“Ya Allah anugerahkanlah kepada kami kecintaan kepada kota Madinah sebagaimana kami mencintai kota Mekkah atau lebih dari itu dan luruskanlah dan berkahilah pada timbangannya -sha dan mud’nya- dan pindahkanlah penyakit demamnya dan jadikanlah jauh darinya”.

Akhirnya setelah itu dirinya menjadi sehat dari sisi jasadiyah, sejahtera secara ekonomi, dan lapang secara jiwa dalam mencintai kota Madinah disertai adanya keberkahan dalam timbangan dalam sha dan mudnya, dan terbebas dari penyakit lingkungan dan dipindahkan dari penyakit demam menjadi ringan.

11. Optimalisasi nilai-nilai akhlak Islam; bahwa strategi islam yang memberikan perhatian terhadap derajat tertinggi pada nilai akhlak mulia sangatlah penting; nabi saw bersabda:

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”.

Karena itu, seiring dengan adanya siksaan, cacian, pembunuhan, perampasan dan pengusiran yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di kota Mekkah,padahal mereka -orang musyrik- tidak bisa percaya kepada siapapun dalam memberikan amanah seperti Nabi Muhammad saw, usaha yang mereka lakukan bukan karena mengabaikan nilai-nilai amanah dan diberikan kepada pemiliknya, karena nabi tetap memiliki nilai ini dan berperan pada tugas ini, dan para sahabatnya pun telah tercetak jiwanya memiliki akhlak yang mulia ini, lalu dengan terpaksa meninggalkan kampung halamannya dan orang-orang musyrik dalam kondisi kebingungan dengan akhlak yang buruk, kemudian bersamaan dengan seluruh pengorbanan yang dilakukan oleh Abu Bakar dengan gigihnya, nabi memintanya untuk menyiapkan unta dengan harga yang paling mahal dengan penuh etika yang mulia, perasaan yang lembut, membedakan antara pemberian dengan permintaan, sebagaimana nabi saw mengambil susu dari Ummu Ma’bad meminta pemilik susu tersebut untuk meminumnya terlebih dahulu, lalu diikuti oleh Abu Bakar kemudian beliau yang terakhir meminumnya, dan ketika sampai di kota Madinah, beliau menjadi tamu tetap manjaga etika ketika berada di rumah Abu Ayyub al-anshari. Dilakukan persaudaraan -muakhah- yang dilakukan antara muhajirin dan anshar, tampak dari mereka itsar yang disambut dengan menjaga kehormatan diri dari kaum muhajirin; yaitu ketika Saad bin Ar-Rabi memberikan pilihan kepada Abdurrahman bin Auf untuk mengambil rumah yang terbaik, kebun yang terbaik dan istri yang tercantik yang dimiliki olehnya, namun beliau tetap menjaga kehormatannya dengan berkata:

جزاك الله خيرًا، بارك الله لك في مالك وأهلك ودارك، دُلَّني على السوق، وذهب يتاجر في الألبان حتى غنم مالاً كثيرًا، وصار المهاجري يطعم الأنصاري، والأنصاري يؤثر المهاجري

Jazakallah khairan, dan semoga Allah memberkahi dirimu; harta, keluarga dan rumahmu, mamun tolong tunjukkan kepada saya dimana pasar, lalu beliau pergi ke pasar tersebut dengan menjual susu sehingga dapat meraup keuntungan yang banyak, dan menjadi seorang muhajir yang kaya raya dan dapat memberi makan kaum anshar yang miskin, dan anshar itsar kepada orang muhajir.

Ini adalah contoh yang menunjukkan akan penting dan besarnya gambaran strategi dan konsep yang bersih, tidak terpaku pada tawakul, oleh karena dirinya sebagai Nabi Allah dan Rasul-Nya, dan pasti Allah tidak akan meninggalkannya. Namun beliau tetap melakukan optimalisasi terhadap berbagai sumber daya manusia, hewan, tempat, waktu dan nilai-nilai akhlak. Sehingga bagaimanakah hasilnya? inilah yang akan kita dapatkan dalam inayah rabbaniyah.

Kedua:

Keberhasilan Strategi karena adanya Inayah Robbaniyah

Bahwa keberhasilan strategi yang dibuat oleh Rasulullah saw yang berwujud pada hukum kausalitas, yang mana strategi islam selalu melewati dan melampaui batas bumi materi menuju kemenangan di dunia maupun di akhirat, meningkatkan perbaikan hidup dan tempat kembali di alam akhirat kelak; Allah berfirman:

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”(Al-baqarah:201)

Dan Imam Syahid Al-Banna memandang bahwa umat Islam di era terakhir ini beriman kepada Al-Qadha dan Al-Qadar dengan iman terbalik; mereka meninggalkan hukum kausalitas dengan menyerahkan seluruhnya kepada Allah pemiliki segala urusan, sehingga datanglah hasil yang buruk sesuai dengan hukum ilahi, lalu mereka berkata: “Inikan sesuai dengan qadha dan takdir Allah”. dan ini menegaskan bahwa umat harus beriman kepada Qadha dan Qadar pada hasil bukan sebab.

Dan ini juga telah ditegaskan oleh syaikh Al-Ghazali saat memberikan komentar akan detail dan kuatnya strategi dalam perang Badar, beliau berkata:

لقد أعدَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم العدة كاملة كأنه لا يتوكل على الله، ثم ذهب إلى العريش يدعو ربه في العريش كأنه لم يعدّ شيئًا قائلاً: ”اللهم إن تُغلب هذه العصابة فلن تعبد على الأرض بعد اليوم”، وعليه فإن نتائج الأخذ بالأسباب جاءت كاملة من رب الأرباب في التخطيط للهجرة؛ حيث كان هناك النجاح الأكبر بالانتقال من الدعوة إلى الدولة، ومن العبادة إلى القيادة، ومن الجماعة المستضعفة بمكة إلى الدولة الراسخة بالمدينة، مع صور عديدة من العناية من أول الرحلة إلى آخرها

“Sungguh Nabi telah mempersiapkan perbekalan dengan begitu sempurna seakan beliau tidak bertawakkal kepada Allah, kemudian pergi ke Arsy dan disitu beliau berdoa seakan beliau tidak mempersiapkan apapun, beliau berkata: “Ya Allah jika kelompok kalah maka tidak akan ada lagi di muka bumi setelah ini yang menyembah-Mu”,

Dan karenanya hasil dari mengambil sebab kausalitas datang secara sempurna dari Allah pemilik segala urusan dalam melakukan strategi hijrah; sehingga terwujudlah keberhasilan yang besar berupa peralihan dari dakwah kepada daulah, dari ibadah kepada qiyadah, dari jamaah yang lemah di Mekkah kepada negara yang kokoh dan kuat di Madinah, dengan beragam gambaran yang berasal dari inayah dari Allah sejak perjalanan pertama hingga akhir. Diantaranya adalah:

1. Nabi saw keluar dari pintu utama rumahnya dan melewati 40 orang algojo arab yang berkumpul untuk membunuhnya, dan memisahkan darahnya ke dalam kabilah-kabilah yang ada, namun inayah Allah SWT membutakan mata mereka bahkan tidak cukup dengan menembus barisan mereka, beliau juga mengambil debu lalu menaburkannya kehadapan mereka sehingga beliau bisa melewati didepan mereka tanpa terlihat sedikitpun, dan Allah telah membuat mereka tidak melihatnya, sementara beliau membaca ayat:

وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ

“Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat”. (Yasin:9)

Sehingga tidak seorangpun dari mereka yang melihat Nabi saw kecuali ada bekas diatas kepala mereka debu yang ditaburkan oleh Nabi saw.

2. Ketika Nabi dan sahabatnya bersembunyi di gua tsur dan orang-orang musyrik mengintai dan mencarinya di berbagai tempat yang mungkin dijadikan untuk bersembunyi oleh nabi Muhammad saw dan sahabatnya, dan ketika mereka sampai di mulut gua tsur, yang membuat Abu Bakar khawatir, sehingga nabi pun mengingatkan beliau bahwa inayah Allah melindungi mereka, seperti yang difirmankan Allah:

إِلا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah:40)

Dalam ayat ini imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas dari Abu Bakar berkata: Ketika aku bersama Nabi saw di gua tsur, maka akupun mengangkap kepala dan aku berada dihadapan kumpulan mereka karena dekat posisi mereka dengan mulut gua, akupun berkata: Wahai Nabi Allah, sekiranya sebagian mereka menundukkan kepalanya ke kaki mereka pasti mereka akan melihat kita, maka Nabipun bersabda:

“Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar terhadap dua orang dan Allah yang ketiganya”.

3. Allah memberikan kelancaran berupa keluarnya susu dari kambing Ummu Ma’bad yang pada awalnya kambing tersebut tidak ada susunya, bahkan sebagian riwayat menjelaskan bahwa Nabi saw bertanya tentang kambing yang tidak bisa hamil atau tidak memiliki susu, maka inayah Robbaniyah hadir dalam mengeluarkan susu darinya.

4. Ketika Nabi saw melakukan berbagai usaha persembunyian dalam perjalanannya, dan syaitan dari bangsa jin berusaha membantu kafir Quraisy dengan memberitahukan mereka posisi Nabi dan sahabatnya melalui insting perasaan sehingga dapat diketahui tempat dan jalannya, lalu didahului oleh Suraqah bin Malik yang telah mendengar sayembara berhadiah jika berhasil menangkap Nabi saw dan sahabatnya, sehingga beliau mengejarnya dan ketika akan sampai kudanya tersungkur ketanah dan dirinya pun ikut tersungkur, hal tersebut membuat Suraqah kesal, lalu bangkit dan memaki kudanya, dan ketika ingin mengejar dan ingin menangkap kudanya tersungkur yang kedua kalinya, lalu berulang lagi yang ketiga kalinya seperti itu dan akhirnya Suraqah tidak berdaya, dan Rasululllah pun bersabda: “Kembalilah engkau wahai Suraqah, kelak engkau akan memiliki mahkota Kisra”. hal itu terjadi pada saat Nabi menenangkan Abu Bakar dalam perjalanan hijrah, beliau berkata: kita pasti akan terkejar wahai Rasulullah saw. Maka nabipun bersabda: “Jangan khawatir, sesungguhnya Allah bersama kita”. maka saya pun berkata: permintaan ini telah menyertai kita wahai Rasulullah, dan Nabi berkata lagi; “Jangan takut sesungguhnya Allah bersama kita”. (At-Taubah:40)

Inillah anugerah Allah dan limpahan karunia dan inayah Robbaniyah yang telah memuliakan hamba yang senantiasa menggunakan sebab kausalitas (ikhtiar).

Ketiga:

Kondisi negara Mesir dan Arab; antara sebab kausalitas dan Inayah Robbaniyah

Tidak ada keraguan bagi kita bahwa kita berada pada fase sejarah ini, yang jika kita menggunakan sebab-sebab strategi secara benar dengan cara mengoptimalkan satu tetes air yang menurut kita merupakan karunia Allah dari sungai-sungai yang mengalir di muka bumi, berupa hujan yang turun dari langit, matahari yang bersinar setiap pagi sehingga melipat gandakan tetumbuhan, bumi yang di dalamnya penuh dengan barang tambang yang sangat bernilai dan mahal harganya. seperti yang firman Allah:

وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ

“Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia”. (Al-Hadid:25)

Allah turunkan dari langit dan dititipkan di dalam bumi, dan Allah berikan minyak, gas, dan kekayaan yang berlimpah yang membutuhkan adanya strategi, manajemen dan tawakkal yang baik kepada Allah, bumi yang kita cintai dan penuh berkah adalah karunia Allah, yang memiliki tanah yang subur dan airnya pun jernih, kaum lelaki dan wanitanya akan memiliki kreatifitas, aktifitas dan ikhlas jika terdapat di dalamnya kebebasan, kehormatan, kebanggaan dan kedudukan, dan dengan izin Allah kita mendapatkan titik tolak yang penuh semangat dan gerakan yang lurus, melalui investasi dalam berbagai bidang; pertanian, industri, perniagaan, riset, kreasi, mencipta dan inovasi, sehingga memberikan ketsiqahan akan janji Allah SWT:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. (Al-A’raf:96)

Bahwa yang demikian itu, bukanlah tetesan-tetesan keberkahan namun pintu yang terbuka lebar sehingga mengeluarkan berbagai keberkahan, bukan dari bumi saja namun langit dan bumi, padahal kita di Mesir masih memiliki sisa-sisa dan musuh-musuh serta premanisme tetapi bangsa yang telah bangkit dan menyumbangkan para syuhada dan yang terluka, Allah membayarnya pada tahun ini sebagai permisalan bukan pembatasan; terjadi produksi gandum pada tahun 2011, delapan kali lipat dari produksi pada tahun 2010, anugerah dari langit bagi bangsa yang menginginkan martabat dan kebanggaan, seperti ungkapan syaikh Sya’rawi: “Jangan sampai terjadi sebuah keputusan sampai pada makanan hanya dari kepala namun harus berasal dari kapak kita sendiri.”

Saya menyeru kepada rakyat Mesir dan bangsa Arab untuk menyadari diri akan potensi yang dimiliki, sumber daya insani (internal) dan sumber daya eksternal yang telah Allah anugerahkan atasnya, memaksimalkan dan mengoptimalkannya dalam sebuah proyek; baik kecil atau besar sesuai dengan anugerah yang Allah berikan, berusaha membantu orang lain walau hanya dengan ide, sebagaimana Rasulullah saw telah mendapatkannya yang diawali dari nol, seperti yang diperintahkan kepada seorang sahabat untuk melakukan perencanaan hidup walau harus menjual tikar yang dimilikinya lalu makan sepertiga dari harga yang di dapatnya dan membeli alat untuk memotong batang kayu dan menabung sepertiga lainnya, beliau berkata kepadanya: “Pergilah dan belahlah kayu dan aku tidak akan menemuinya sampai lima belas hari nanti” setelah itu orag itupun kembali menemui Nabi saw dan telah mendapatkan rezki yang berelimpah dari Allah SWT; marilah kita pindah ke bidang kerja sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna: “Bahwa bidang perkataan bukanlah bidang kerja, dan bidang kerja bukanlah bidang Jihad, dan bidang Jihad yang hak bukanlah bidang Jihad yang batil, maka dari itu marilah kita memulai proyek ini secara individu dan kelompok, dan kita akan berusaha mengerahkan potensi terbaik kita untuk mengatasi semua hambatan yang ada dihadapan kita dan dihadapan para pemuda laki-laki dan wanita, generasi muda dan mudi, Muslim dan non-Muslim; untuk membuat negara-negara memiliki kedamaian sosial dengan cara memberikan empat hak-hak kewarganegaraan yaitu:

1. Meri’ayah (perhatian) umat,

2. Memakmuran Bumi

3. Mentaati peraturan dan undang-undang

4. Tolong menolong kepada pemimpin

Selama hal tesebut tidak melanggar Syariah, kemudian kita yakin bahwa Allah, Tuhan semesta alam pasti tidak akan membarkan kita, karena Dia telah berjanji dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya, dan siapakah yang paling tepat memenuhi janjinya daripada Allah? dimana Allah berfirman dihadapan orang-orang beriman dalam setiap tempat dan waktu

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik”. (An-Nuur:55)

وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَرِيبًا

“Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: “Kapan itu (akan terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat”. (Al-Isra:51)

Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabatnya

Kairo, 17 Shafar 1433 H / 12 Januari 2012

____________________

Referensi:

1. Majma Az-Zawaid, Haitsami, no 9/18

Tidak ada komentar: