Minggu, 20 Februari 2011

Puluhan Orang Tewas dan Luka-luka, Gelombang Demonstrasi di Libya Semakin Meluas

2/19/2011 04:26:00 PM | Posted by islamedia


Islamedia - Menurut organisasi hak asasi manusia, saksi mata dan wartawan, puluhan orang tewas dan terluka dalam bentrokan yang terus berlanjut sejak hari Rabu antara demonstran dan pihak keamanan di beberapa kota di Libya, dan sebagian besar korban jatuh di kota Benghazi dan Baidho. Pada saat yang sama TV Libya menyiarkan rekaman pemimpin Libya Muammar Gaddafi yang berkeliling di tengah-tengah massa para pendukungnya di ibu kota Tripoli .

Laporan terpercaya menyampaikan bahwa minimal 14 orang terbunuh di Benghazi, yang terletak seribu mil dari Tripoli, dan terjadi pembakaran di markas besar keamanan, menurut laporan wartawan Ashim Ombaiq.

Hari ini sedikitnya terdapat sepuluh jenazah yang telah dimakamkan di Benghazi, serta menurut laporan salah seorang wartawan bahwa hari ini telah kabur beberapa tahanan dari penjara Syab yang terbakar, serta ribuan orang masih bertahan di depan salah satu kantor pengadilan kota. Serta diberitakan juga bahwa kantor pusat Matsaba (Komite Revolusi) dibakar di kota tersebut dan terjadi juga pembakaran Pusat Studi dan Penelitian Green Book.

Semakin Meluas

Protes terhadap korupsi dan kondisi hidup yang buruk terus berkembang menjadi konfrontasi berdarah yang bermula di Benghazi dan menjalar ke kota-kota lainnya seperti Ajdabiya, Baidho dan Derna, yang mana massa membakar markas besar keamanan dan menyebar ke kota Kufrah dan Al Zentan.

Di wilayah Baidho, dekat Benghazi, organisasi hak asasi manusia dan website oposisi mengatakan setidaknya 14 orang tewas akibat kejadian ini, sedangkan sumber lain menyampaikan kepada Al Jazeera bahwa jumlah yang tewas telah mencapai 35 orang.

Dua kelompok oposisi di kota Baidho mengatakan bahwa kota ini "sekarang berada di tangan rakyat" dan dikuasai oleh para pengunjuk rasa, serta bergabungnya beberapa polisi setempat bersama para pengunjuk rasa.

Batalyon Afrika

Menurut laporan yang beredar bahwa pihak keamanan mengirimkan sejumlah imigran Afrika ke Benghazi, Ajdabiya dan Baidho untuk memadamkan api protes, salah satu sumber menceritakan kepada Al Jazeera bahwa mereka menembakkan senapan api dengan membabi buta kepada demonstran di Baidho sehingga melukai ratusan orang.

Menurut sumber Libya bahwa pihak keamanan pusat di timur Libya menolak untuk menembak, dan bahkan membantu para demonstran dalam mengusir kelompok keamanan "Afrika" yang didatangkan bersama para "preman" bersenjata.

Dan yel-yel menggema dalam protes terhadap Gaddafi, sementara itu markas keamanan dan markas besar komite revolusioner dibakar bersama sebuah monument Green Book, yang menjadi panduan ideologi negara Libya.

Khatib Abdullah Warfli pada hari ini menyampaikan ke Al Jazeera dari Benghazi beberapa tuntutan para demonstran, yaitu penarikan "preman" dan pasukan keamanan, serta batalyon keamanan Afrika, memecat pelaku pembunuhan dan memberikan kebebasan aksi demonstrasi damai bersamaan dengan datangnya media massa lokal dan internasional untuk meliput para demonstran.

Pihak pemerintah memblokir situs Al Jazeera di Libya, dan laman grup "Kemarahan" di Facebook.

Terjadi juga demonstrasi di Tripoli yang mendukung Qaddafi, di mana pemerintahannya belum pernah menghadapi gelombang protes sebelumnya semenjak dia menjabat.



Ancaman Komite Revolusioner



Pada hari ini Komite Revolusi - salah satu pilar rezim Libya – memberi peringatan keras kepada para demonstran yang mereka sebut dengan "kelompok petualang" bahwasanya "Kekuasaan Rakyat", Revolusi dan pemimpinnya (Qaddafi) adalah garis merah yang tidak boleh dilampaui.


Libya sedang berada di antara dua revolusi, di mana revolusi rakyat Tunis telah mengusir Presiden Zine El Abidine Ben Ali, dan revolusi jutaan rakyat Mesir, telah menyebabkan mundurnya Presiden Hosni Mubarak dari kekuasaan.

Amerika Serikat mengatakan bahwa pihak berwenang Libya hendaklah merespon tuntutan para demonstran untuk melakukan reformasi politik, sementara itu Prancis mendesak untuk menghentikan tindakan represif. Dan Human Rights Watch menyerukan untuk tidak menyerang para demonstran, serta agar dilakukan penyelidikan independen terhadap peristiwa pembunuhan secara independen.

[aljazeera]

Tidak ada komentar: