Minggu, 23 Januari 2011

Muslimah Tunisia Kini Dapat Berjilbab dengan Tenang

1/24/2011 04:57:00 AM | Posted by Muhammad Syarief



Islamedia - Jilbab kembali mewarnai jalan-jalan di Tunisia, setelah bertahun-tahun mereka hidup dalam tekanan untuk mengamalkan kewajiban menutup aurat itu. Pemerintahan Ben Ali ketika masih berkuasa, dengan tegas menentang penggunaan jilbab di tengah masyarakatnya.

Untuk pertama kalinya, muslimah Tunisia dapat dengan tenang mengenakan hijabnya setelah selama 23 tahun mereka terkekang. Selama itu pula kaum muslimin di Tunisia mengerjakan ibadah sholat mereka dalam ketakutan, frekuensi mereka untuk mengerjakan sholat jama'ah di masjid sangat minim, para muslimah tidak leluasa untuk mengenakan jilbabnya di tempat umum, sedangkan yang laki-laki khawatir untuk memanjangkan jenggotnya karena takut ditangkap oleh aparat keamanan.

Hari Jum'at kemarin, untuk pertama kalinya muslim Tunisia beribadah dengan tenang. Mereka tak lagi cemas untuk melaksanakan sholat Jumat di masjid-masjid.

Kantor berita Reuters melaporkan, seorang warga Tunisia bernama Abdul Quwa (57 tahun) yang diwawancarai ketika akan melaksanakan sholat Jumat di masjid Al Quds di ibukota Tunis mengatakan, "Sebelumnya, kami tak bisa melaksanakan sholat Jumat sebebas ini" Masjid yang ia datangi untuk Jum'atan kali ini pun terlihat penuh dipadati oleh ratusan jama'ah .

Menurut pengaduan warga Tunisia, ketika masa Ben Ali, intel kerap menyelinap masuk ke dalam masjid, kemudian mencatat mereka yang rutin ke Masjid dan juga mereka yang terlihat khusyu' ketika menjalankan sholat.

Seorang jama'ah lainnya yang bernama Ridho al Haratsi mengatakan, "Di Tunisia, kalau Anda ingin mendapatkan pekerjaan tetap, maka Anda harus menjalani pemeriksaan terkait cara pandang Anda terhadap politik, apakah anda termasuk orang kiri, islamis atau nasionalis?"

Ia kemudian menambahkan, "Saya sendiri ditolak ketika melamar pekerjaan, begitu ada laporan yang menunjukkan bahwa saya tercatat memilik masalah dengan departemen urusan dalam negeri, kemudian kalau Anda jujur dan mengatakan sebagai seorang islamis, maka selamanya Anda tak akan mendapatkan pekerjaan tetap."

Pemerintahan Ben Ali sebagaimana diberitakan, sejak awal menjadi presiden dirinya sangat ketat menerapkan sistem sekuler dalam negaranya. Tak berbeda dengan presiden sebelumnya, Habib Bourguiba, yang menilai Islam sebagai ancaman bagi negara dan menyebut jilbab ibarat kain pel penuh najis.

Bourguiba bahkan menahan aset-aset kekayaan milik umat Islam, dan menutup pengadilan agama dan menggantinya dengan peradilan hukum-hukum sekuler. Sedangkan pada masa Ben Ali, muslimah yang berjilbab tak bisa mengenyam pendidikan formal dan tertolak ketika mencari pekerjaan.

Sebagaian muslimah yang diwawancarai mengatakan, bahwa di masa Ben Ali, polisi mencegat muslimah Tunisia yang berhijab di jalanan dan melucuti jilbab mereka, dan mengharuskan menandatangani pernyataan untuk melepas jilbab, hal yang sama juga berlaku bagi laki-laki yang memanjangkan jenggotnya.

Seorang muadzin masjid yang diwawancari pun menceritakan, bahwa dulu, setiap khutbah Jum'at sang khatib diharuskan menyanjung pemerintahan Ben Ali di awal khutbahnya.

Untuk menghormati para pejuang Revolusi Yasmin di Tunisia ini, warga Tunisia menggelar hari duka selama tiga hari, sebagai penghormatan terhadap 78 orang Tunisia yang tewas dalam revolusi rakyat berdarah beberapa hari lalu. Imam masjid Al quds di Tunis kemudian menyelenggarakan sholat jenazah bagi para korban. Ia kemudian mengingatkan kepada para jama'ah, untuk tidak melakukan aksi balas dendam terhadap Partai Forum Demokratik Konstitusi, yang dulu dipimpin oleh Ben Ali.

Dalam khutbahnya, sang khotib mengatakan, "Status Quo di sekitar kita tidak ingin melihat kita berhasil, mereka ingin kita gagal, mereka ingin mengatakan...lihatlah Tunisia sekarang, masa depannya begitu suram"

Ia kemudian menambahkan, kita harus mengambil kesempatan reformasi saat ini, dan kita akan melanjutkannya hingga ke gerbang pemilu. Kita jangan dipusingkan dengan Partai Forum Demokratik Konstitusi, karena itu bukan urusan kita, dan biarkan mereka disibukkan dengan urusannya sendiri. (msy/itd)

Tidak ada komentar: