Minggu, 09 Januari 2011

Kurir Muda

Pos pengiriman barang. Walau hanya pos sederhana di perbatasan, semuanya sibuk. Para kurir bersiap-siap mengirimkan barang ke pemiliknya masing-masing. Petugas administrasi teliti mencatat setiap pengeluaran barang. Kantung-kantung besar dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya. Di luar sana, pedati beserta kudanya telah menunggu.
"Ini tugas pertamamu. Antarkan paket ini ke Pak Tua di ujung desa," kata seorang petugas pada kurir di depannya. Kurir belia itu tercenung. "Tapi, tempat itu jauh sekali." Ia seperti ingin menolak. "Tak bisa, semua kurir telah mendapat tugas. Cepat ambil kudamu dan antar segera. Pak Tua itu pasti sudah menunggu." Kurir muda itu menelan ludah. Terbayang dalam benaknya perjalanan yang akan ditempuh. Jauh sekali. Melewati beberapa sungai dan jalanan berbatu, berliku, menanjak penuh onak berduri.
Kurir muda itu enggan sekali menunaikan tugas tersebut. "Kalau saja datang lebih awal, tentu aku dapat tugas yang lebih dekat. Tak perlu melewati tanah gersang ini. Ah, kalau saja aku mendapat kiriman yang tak sesulit ini, tentu semua lebih menyenangkan buatku." Ia terus bergumam, mengutuk dirinya sendiri. Jalanan terjal berliku telah beberapa saat dilaluinya. Sungai-sungai kecil dengan airnya yang bening juga telah ditemui. Berkali-kali tapal kudanya terkena kerikil tajam, berkali-kali pula hewan itu terperosok ke dalam lubang besar. Ujung desa tinggal beberapa saat lagi. Keduanya tampak kelelahan ketika mereka tiba di rumah Pak Tua.
Pak Tua gembira menerima paket itu. Katanya, "Nak, terima kasih. Sebagai hadiah, maukah aku tunjukkan sesuatu yang bisa menghapuskan semua lelahmu?" Kurir muda itu bingung. "Aku punya tempat rahasia. Temukanlah jalan itu dan semua lelahmu akan sirna. Berjalanlah ke arah kanan di sebelah pohon besar. Terobos semak yang ada, maka kamu akan menemukan rahasia itu." Anak muda itu mengangguk pelan.
Ia menerobos semak yang ada di depannya. Duhai, ada pemandangan indah di sana. Di balik semak itu terhampar pepohonan yang rindang. Tanahnya landai, lembut tak seperti jalan sebelumnya. Tak ada batu yang terjal dan kerikil yang tajam. Dalam jarak beberapa langkah, terlihat kolam bening. Semuanya begitu menakjubkan. Kurir muda itu merasa nyaman di sana. Hilanglah semua rasa lelahnya. Jalan tembus rahasia yang ditunjukkan orangtua itu memang mengejutkan.
Betul saja, jalan tembus itu terasa lebih pendek. Tak berapa lama, sampailah kurir muda itu ke pos pengiriman barang. Kepala petugas menyambutnya. "Bagaimana perjalananmu, sudahkah kamu melewati jalan rahasia dari pak tua itu?” Si kurir muda bingung, "Dari mana Bapak tahu jalan itu?" tanyanya. "Hahaha…. Sudah kuduga kamu akan bertanya. Pak Tua itu sebenarnya adalah bekas kepala kurir di desa ini. Begitulah cara kami di sini mendidik setiap kurir muda. Mereka akan selalu mengeluh setiap kali ditugasi ke sana. Tapi, saat kembali, semuanya pasti berubah. Jalan rahasia itu selalu ampuh, tempat itu adalah obat bagi orang yang kelelahan. Jalan itu seperti penyembuh bagi setiap orang-orang sepertimu."

Kepala kurir itu kembali bertanya, "Anak muda, belajar apa kamu hari ini?” Kurir muda itu menjawab, "Hmm.… Aku belajar untuk tak menolak setiap tantangan yang ada di depanku.” "Kamu benar, tapi bukan itu saja. Ketahuilah, selalu ada balasan atas semua yang kamu lakukan dalam hidup ini. Sebab, hidup adalah seperti mengantarkan barang kiriman, selalu ada godaan untuk berhenti dan tak mau melanjutkan. Karena itu, jangan berhenti untuk mencapai tujuanmu. Balasan dan imbalan itu bukan ada di tengah perjalanan, tapi saat kaki menjejak di tempat yang dituju." Kurir muda itu tersenyum. Ia berjanji dalam hati untuk tidak mengeluh atas setiap tugas yang diberikan. Karena ia percaya, selalu ada balasan bagi setiap usaha yang dilakukan.

Tidak ada komentar: