Sabtu, 11 Juli 2009

Paradigma Dakwah Kampus Di Era Baru

Era baru Dakwah kampus 2009Dalam kurun delapan tahun terakhir saya tidak pernah menjumpai buku tentang dakwah kampus yang sefenomenal ini, seperti kelahiran buku pertama karya mahfudz sidik yang berjudul risalah dakwah thulabiyah tepat tahun 2000 lalu. Buku ini lebih mampu untuk menciptakan momentum, walaupun sebelumnya telah ada buku-buku tentang dakwah kampus yang terbit beberapa tahun terakhir. Boleh dibilang buku ini lebih memiliki “taste”. Hingga Ustadz Cahyadi Takariawan (Penulis dan Wilda DPP PKS) dalam testimoninya mengomentari….

Apa yang tertulis dalam buku ini bukan saja ilmu. namun kristalisasi ideologi, pengalaman, keyakinan, cita-cita dan harapan. Saya melihat karya Ari ini lebih dari sebuah buku, namun sebagai momentum sejarah baru dakwah kampus

Buku itu berjudul “PARADIGMA BARU DAKWAH KAMPUS; Strategi sukses mengelola dakwah kampus “ buah pena dari Ari Abdillah. Buku yang terbit dipenghujung tahun 2008 ini, sangat pas untuk ADS (aktifis dakwah sekolah), ADK (aktifis dakwah kampus), ADP (aktifis dakwah profesi), kader dakwah disemua lini, da’i, murrabi dan murrabiyah kampus….Berikut petikan bukunya………….

Li kulli marhalatin ahdafuha, li kulli marhalatin rijaluha (dalam setiap tahapan da’wah memiliki tujuan dan rijalnya masing-masing). Masa transisi bangsa ini telah memberikan pengaruh terhadap dinamika dakwah kampus. Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir saya merasakan perubahan itu mulai menusuk dan mempengaruhi iklim dakwah kampus. Tuntutan akademis, meningkatnya biaya pendidikan, karakter mahasiswa yang semakin hedonis, munculnya berbagai harokah da’wah dan semakin menurunnya energi pergerakan mahasiswa turut memberikan warna tersendiri dalam denyut nadi da’wah kampus. Perubahan itu ternyata mengalir keberbagai kampus dibelahan bumi nusantara. Oleh karena itu dakwah kampus harus mampu menjawab tuntutan zaman yang terus berubah. Perubahan itu mengharuskan dakwah kampus segera berbenah dan bermetamorfosa agar tak tergilas oleh roda zaman itu sendiri.

Dakwah kampus yang sedang mengalami transisi zaman tidak membutuhkan perubahan yang sifatnya parsial, tetapi ia membutuhkan perubahan yang besar dan berkelanjutan disemua sayap da’wahnya. Oleh karena itu, transisi dakwah kampus akan sulit dilewati ketika para pelakunya tidak memiliki akal-akal besar dan paradigma baru dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Buku ini akan menuntun anda untuk menyelami lebih dalam bangunan dakwah kampus yang merupakan salah satu ruang besar dari bangunan integral pergerakan da’wah yang lebih luas. Buku ini terdiri dari lima ruang yang akan ditelusuri satu persatu dalam stasiun kenangan ini.

Ruang pertama, Meretas Jalan Kebangkitan Islam. Gerakan da’wah ini teristimewakan dengan beberapa karakteristik yang membedakannya dari da’wah-da’wah lainnya. Karakteristik itu bukan hanya sekedar formalitas, akan tetapi merupakan ekspresi inti fikrah yang mendasari proyek besar kebangkitan Islam yang membawa da’wah menuju kejayaannya.

Melalui da’wah dan jihad agama ini diperjuangkan. Insya Allah da’wah akan menggapai kejayaan, keagungan, dan kepemimpinan dunia. Hal itu hanya dapat dicapai dengan keikhlasan dalam berjuang, keteguhan menghadapi ujian, kekuatan menghadapi tantangan, keteladanan dalam beramal, keberanian dalam megambil keputusan, kecerdasan dalam bersiasat dan kesabaran dalam meraih kemenangan.

Ruang kedua, Tahapan Amal Da’wah dan Teori Kebangkitan. Dalam berbagai risalahnya Ustadz Hasan Al-Banna menjelaskan tentang tahapan amal da’wah, agar Islam menemui era kejayaannya kembali hingga tidak ada lagi fitnah dimuka bumi ini.

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan agama itu semata-mata hanya milik Allah….” (Q.S : Al-Baqarah : 193).

Dalam risalah ”Bainal amsi wal yaum” yang ditulis oleh Mursyid ’Aam pertama Al-Ikhwan Al-Muslimun, dengan jelas mengejawantahkan tahapan itu dalam dua tahapan besar.

a. Tujuan jangka pendek yang mencakup perbaikan individu, membina keluarga Islami, dan membentuk masyarakat Islami.

b. Tujuan jangka panjang yang meliputi memperbaiki pemerintahan, membebaskan negeri muslim dari penjajahan asing, tegaknya daulah dan Kekhilafahan Islam, dan kepemimpinan dunia.

Disini akan diuraikan tentang tahapan amal tersebut, agar kita mampu memahami tentang teori kebangkitan Islam yang telah digambarkan di atas. Dengan pemahaman yang benar terhadap tahapan amal da’wah, kita berupaya melaksanakan pemahaman ini agar menjelma dalam kehidupan yang nyata dan bukan hanya di alam pikiran saja, sehingga amal itu dapat disaksikan dan dirasakan pengaruhnya oleh segenap manusia.

Ruang ketiga, Paradigma Baru Da’wah Kampus. Tantangan dan tuntutan zaman menghendaki da’wah ini harus terus berjalan di semua sisinya baik secara struktural maupun kultural dan integral di seluruh dimensi, serta putaran amalnya. Da’wah kampus berhadapan dengan berbagai dimensi kehidupan. Sebagaimana sifat dasarnya, Islam bersifat syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna). Oleh karena itu da’wah kampus merupakan motor besar kaderisasi yang akan mensuplai alumninya untuk memasuki seluruh sendi-sendi kehidupan.

Untuk menjawab berbagai tantangan dan tuntutan zaman, aktifis da’wah harus membekali dirinya untuk melakukan mobilitas da’wah baik secara vertikal maupun horizontal. Jika mobilitas horizontal bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat Islami, maka mobilitas vertikal bertujuan untuk mempersiapkan sekaligus menerapkan kehendak-kehendak Allah SWT kedalam sistem kenegaraan. Sebagaimana Rasulullah SAW telah mempersiapkan terlebih dahulu masyarakat yang menerima konsep Islam, sampai akhirnya mendirikan sebuah institusi politik, yaitu negara Madinah. Ada tiga kunci utama yang harus dimiliki oleh para kader da’wah dalam melakukan mobilitas vertikal maupun horizontal. Ketiga kunci itu adalah kredibilitas moral, kredibilitas sosial dan kredibilitas profesional. Jika ketiga kapasitas ini dimiliki oleh kader da’wah, maka insya Allah da’wah akan diterima dimanapun dan kapanpun kita berada.

Ruang kempat, Memahami Medan Amal Da’wah Kampus. Da’wah kampus dengan berbagai karakter dan dinamikanya harus mampu mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai marhalah yang mencetak SDM baik secara kuantitas maupun kualitas. Pembentukan kuantitas kader dapat dilakukan dengan memperluas sarana rekrutmen, dan pembentukan kualitas kader dilakukan melalui tadrib wa taujih al amal (pelatihan dan pengarahan kerja di berbagai amal da’wah kampus). Amal da’wah kampus harus kita pahami secara integral agar tidak terjadi disorientasi dalam da’wah kampus dan ashobiah antar lini da’wah.

Dalam sirah nabawiyah dijelaskan tentang kisah hijrah nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Kisah itu memberikan pelajaran kepada kita tentang kolektifitas dan integralitas amal serta kecerdasan akal yang saling bersatu padu hingga menuai kesuksesan gemilang untuk perkembangan da’wah Islam dimassa depan. Da’wah kampus pun harus mengambil pelajaran berharga dalam mengelola dinamika dan strategi kerjanya. Setiap kader harus memahami pembagian amal da’wah bukan untuk bekerja secara parsial, akan tetapi hal tersebut bertujuan untuk pembagian fokus kerja agar roda da’wah ini berjalan secara profesional dan sinergis. Sebagaimana Rasulullah SAW membagi medan amal kepada Abu bakar, Abdullah, Asma dan Amir, keempatnya mampu bekerja secara optimal dalam melakukan pembagian peran untuk meyelamatkan Rasulullah SAW dari pengejaran kafir Quraisy dan selanjutnya Islam berkembang sangat cepat di Madinah.

Aktifis da’wah kampus harus melakukan harmonisasi sebagai upaya mengoptimalkan potensi masing-masing lini da’wah dan mengefektifkan sinergi antar lembaga. harmonisasi mencakup pembagian atau kerjasama peran, bidang garap, isu, obyek da’wah dan hal-hal lain, sehingga tercegah kondisi tumpang tindih, kesenjangan atau saling memperlemah antar elemen da’wah kampus.

Ruang kelima, Sukses Mengelola Da’wah Kampus. Da’wah kampus sejatinya tidak akan pernah berdiri tegak ketika terjebak dengan putaran zaman. Hal ini menuntut perubahan dan penyesuaian diri dengan kebutuhan ummat dan kondisi terkini. Perubahan mendasar yang dinantikan akan terjadi apabila aspek-aspek terkait dalam kultur da’wah kampus mulai berbenah.

Perubahan, kata ini seolah menjadi kunci dari mandeknya aktualisasi da’wah kampus dewasa ini. Perubahan tentu saja membutuhkan berbagai macam sarana. Salah satunya adalah struktur-organisasi dan perangkat-perangkatnya. Kalau kita telaah lebih dalam, sesungguhnya keberadaan tandzim/organisasi itu tidak lebih dari sebuah upaya untuk mensistematiskan proses perubahan itu sendiri. Tujuannya jelas, agar perubahan mampu terwujud secara tepat dan akurat. Agar perubahan itu mampu menjadi semacam obat penawar dan bukan sengat yang melumpuhkan.

Oleh karenanya, tandzim/organisasi menentukan dan membuat berbagai fungsi dan alat, agar perubahan yang diinginkan tercapai dalam jangka waktu tertentu. Tapi akan menjadi masalah ketika fungsi dan alat itu tak dipahami dengan baik, pada akhirnya yang terjadi adalah disorientasi. Akibatnya, perubahan dan prosesnya seolah-olah berkutat dan berputar hanya pada tingkat wacana dan ide semata, tapi sebenarnya kita telah terbiasa dengan kerja perencanaan. Kerja yang senantiasa kita orientasikan jauh kedepan dalam jangka waktu yang panjang.

Diserambi belakang, saya suguhkan tulisan yang membahas Islam dan keterlibatan dalam pemerintahan dengan berbagai polemik yang ada didalamnya. Buku ini akan lebih nikmat jika anda menyelami ruang demi ruang hingga sudut-sudut sempitnya. Disana akan banyak nilai yang tak kasat mata, dengan apa yang saya sebut sebagai “the hidden conection”.

Selamat menikmati buku the hidden conection”………………

Tidak ada komentar: