Senin, 23 Mei 2011

PARA PECINTA WAKTU FAJAR



Fajar simbol kemunculan semua kebaikan. Simbol kemenangan. Lambang kehidupan. Identitas masa muda. Bukti gerak dan dinamisme. Dalil kebenaran dan keadilan. Fajar terjadi pada waktu sangat hening. Selain itu, fajar merupakan saat-saat kebeningan, moment pembangkit rizki, shalat fajar (Shubuh) bukti nyata kuatnya iman dan kesuciannya dari kemunafikan, sebab waktu itu saat serba sulit bagi jiwa manusia. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda di hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim,

“Shalat paling berat pelaksanaannya bagi orangorang munafik oalah shalat Isya’ dan shalat Shubuh. Andai mereka tahu kebaikan pada keduanya, tentu mereka mengerjakannya kendati dengan merangkak.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Dr. Abdul Hamid Dayyab berkata, “Manfaat kesehatan yang diperoleh orang dengan bangun pagi banyak sekali. Di antaranya, gas O3 di udara sangat melimpah saat fajar, lalu berkurang sedikit demi sedikit, hingga habis ketika matahari terbit. Gas O3 punya pengaruh positif pada urat sraf, mengativkan kerja otak dan tulang. Ketika seseorang menghitup udara fajar yang dinamakan udara pagi, ia merasakan kenikmatan dan kesegaran tiada taranya di waktu mana pun, baik siang atau malam.”

Dua raka’at Shalat fajar
Dua raka’at shalat Fajar adalah shalat sunnah qabliyah (sebelum) shalat Shubuh. Shalat ini disukai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, hingga beliau bersabda,

“Dua raka’at shalat Fajar lebih baik dari dunia dan seisinya.” (Diriwayatkan Muslim).

Di riwayat Muslim disebutkan,

“Sungguh, dua raka’at shalat Fajar lebih aku sukai daripada dunia semua.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Jika dunia dan seisinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dua raka’at shalat sunnah fajar (Shubuh) di mata Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bagaimana keutamaan shalat Shubuh itu sendiri?

Orang yang Mengerjakan Shalat Shubuh dan Shalat Ashar tidak Masuk Neraka
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan, siapa saja konsisten mengerjakan shalat Shubuh dan shalat Ashar, ia masuk surga dan dijauhkan dari neraka. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut,

“Barangsiapa mengerjakan shalat Shubuh dan shalat Ashar, ia masuk surga.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,

“Siapa pun yang mengerjakan shalat sebelum matahari terbit (shalat Shubuh) dan terbenam (shalat Ashar), maka tidak akan masuk neraka.” (Diriwayatkan Muslim).

Imam Al-Manawi berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi penekanan khusus pada shalat Shubuh dan shalat Ashar, karena punya nilai lebih dibandingkan shalat-shalat lainnya, atau karena disaksikan malaikat yang bertugas malam dan siang hari, atau karena kedua shalat iru sulit dikerjakan manusia, sebab waktu shalat, Ashar waktu sibuk sedang shalat Shubuh waktu sulit. Karenanya, barangsiapa memperhatikan kedua shalat itu, ia pasti memperhatikan shalat-shalat lainnya. Barangsiapa mengerjakan kedua shalat itu dengan konsisten, tentu ia lebih konsisten mengerjakan shalat-shalat lainnya dan ia nyaris tidak lalai. Jik ia seperti itu, dosa-dosanya diampuni dan ia masuk surga.”
Kita amat prihatin pada orang-orang yang mengklaim dirinya dai yang berbaiat kepada Allah Ta’ala untuk mengemban amanah dakwah. Faktanya, mereka manusia paling malas mengerjakan shalat Shubuh berjama’ah. Hati mereka terbias dengan kondisi seperti itu, lalu memandang diri mereka tidak bermasalah jika tidak mengerjakan shalat Shubuh berjama’ah dan tidak meng-hisab diri mereka atas kelalaian ini. Bagaimana orang yang memprediksikan dirinya dai yang mengajak kepada kebaikan, tapi ia punya jiwa yang tidak mengecam perilakunya yang tidak mengerjakan salah satu rukun Islam? Apakah ia tidak takut dicap sebagai orang munafik?

Qur’anul Fajr
Allah Ta’ala berfirman,

“Dan shalat Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan.” (Al-Isra’: 78).

Yang dimaksud dengan Qur’anul Fajr pada ayat dia atas ialah shalat Fajar (Shubuh), yang disaksikan para malaikat. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Malaikat yang bertugas malam dan malaikat yang bertugas siang pergi secara bergantian kepada kalian. Mereka bertemu saat shalat Shubuh dan shalat Ashar. Malaikat yang bertugas malam naik, lalu ditanya Allah. Padahal Dia lebih tahu daripada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku?’ Para malaikat yang bertugas malam menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka sedang mengerjakan shalat dan datang lagi kepada mereka saat mereka mengerjakan shalat’.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Betapa bahagianya orang yang mampu berjihad melawan dirinya, tidak menggubris kenikmatan dan kehangatan “ranjang”, serta melawan semua daya tarik yang menyeretnya ke “ranjang”, demi mendapatkan “cek” bersih dari sifat orang munafik, menjadi orang-orang yang layak menerima berita gembira Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan masuk surga, memperoleh kesaksian para malaikat dan pertanyaan Allah Ta’ala. Karena keagungan fajar, Allah Ta’ala bersumpah dengannya saat berfirman,

“Demi fajar. Dan malam yang sepuluh.” (Al-Fajr: 2).

Fajar itu Standart untuk Manilai Orang
Para sahabat Radhiyallahu Anhu menjadikan shalat jama’ah Shubuh sebagai standart untuk menilai orang, barangsiapa hadir di jama’ah shalat Shubuh, mereka mempercayainya. Dan, barangsiapa tidak menghadirinya, mereka berburuk sangka padanya. Ibnu Umar Radhitallahu Anhuma berkata, “Jika kita tidak melihat seseorang di jama’ah shalat Shubuh dan Isya’, kita berburuk sangaka padanya.”
Apakah perkataan Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma ini tidak mengguncang hati dai dewasa ini, membuat mereka berlomba dengan orang lain untuk menghirup udara pagi, menjadi orang-orang terdepan yang akan ditulis di buku para malaikat yang bertugas malam dan siang hari, serta menjadi pecinta-pecinta fajar?

Tidak ada komentar: